IMAN YANG BEKERJA OLEH KASIH
Pendahuluan
Kitab Ayub adalah buku yang pertama yang Musa tulis untuk menyatakan
adanya suatu PERTENTANGAN SEMESTA YANG BESAR DI ALAM INI berdasarkan apa yang
sudah dipelajari di Kejadian 3 menurut pelajaran ke-5 dalam seri pendalaman Alkitab tahun 2006 ini. Melalui kisah nyata ini, umat manusia diajak
untuk memiliki budaya hidup Surgawi seperti Ayub, karena AYUB TELAH DIUBAHKAN
MENJADI SEPERTI KRISTUS MELALUI IMAN YANG BEKERJA OLEH KASIH YANG TIDAK LAIN
DITUNTUN OLEH ROH ALLAH.
Berdasarkan isinya,
setiap Alkitab yang tampil di dalamnya, dapat diamati sebagai Alkitab yang mini
di mana di dalamnya terdapat hanya satu cerita, yaitu KISAH KASIH ALLAH YANG
MAHABESAR terhadap manusia yang mahabesar dosanya. Garis besar kitab Ayub sama dengan Alkitab
yaitu DARI EDEN KE EDEN. Ayub 1-2
ditampilkan bagaimana EDEN DICIPTAKAN DALAM BUDAYA HIDUP AYUB. Ayub 3-37 di
sini tampil adanya PERTENTANGAN SEMESTA YANG BESAR ANTARA YANG BENAR DAN YANG
SALAH—ANTARA YANG ASLI DAN YANG PALSU.
Akhirnya, Ayub 38-42 menampilkan bagaimana EDEN DIPULIHKAN DALAM BUDAYA
HIDUP AYUB.
Melalui PENGANTAR KITAB AYUB yang tampil di Alkitab
Elektronik terbitan Lembaga Alkitab, Jakarta didata keadaan kitab Ayub yang
dikutip sebagai berikut:
Buku Ayub
adalah kisah tentang seorang yang baik budi, ia mengalami musibah hebat; ia
kehilangan semua anaknya dan segala harta bendanya, lalu dihinggapi penyakit
kulit yang menjijikkan. Dalam tiga rangkaian percakapan yang bersajak, si
penulis [yaitu Musa] menggambarkan bagaimana teman-teman Ayub, dan Ayub sendiri
menanggapi malapetaka itu. Pokok yang penting dalam percakapan-percakapan itu
ialah yang menyinggung caranya Allah memperlakukan manusia. Pada bagian
terakhir, Allah sendiri menyatakan diri-Nya kepada Ayub.
Teman-teman Ayub menjelaskan penderitaan Ayub itu menurut ajaran agama yang
tradisional. Pada sangka mereka, Allah selalu
mengganjar orang yang baik dan menghukum orang yang jahat. Jadi, penderitaan
Ayub hanya dapat berarti bahwa ia telah berbuat dosa. Tetapi bagi Ayub pendapat
itu terlalu dangkal; tidak sepantasnya ia mendapat hukuman yang sekejam itu,
sebab ia seorang yang sangat baik dan jujur. Ia tidak dapat mengerti mengapa
Allah membiarkan orang seperti dirinya mengalami begitu banyak bencana, dan
dengan berani ia menantang Allah. Ayub
tidak kehilangan kepercayaannya kepada Allah, tetapi ia sungguh-sungguh ingin
supaya dibenarkan oleh Allah dan supaya mendapat kembali kehormatannya sebagai
orang yang baik.
Allah tidak memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan Ayub, tetapi Allah menanggapi kepercayaan Ayub dengan
memberinya banyak contoh mengenai kuasa dan hikmat-Nya. Contoh-contoh itu
dilukiskan dengan puisi. Kemudian dengan segala rendah hati, Ayub mengakui
kebijaksanaan dan keagungan Allah, lalu menyesali kata-katanya yang keras dan
penuh kemarahan itu.
Bagian terakhir dari kisah ini, yang ditulis dengan
bahasa biasa, menuturkan bagaimana Ayub dikembalikan kepada keadaannya semula,
dengan kekayaan yang jauh melebihi kekayaannya sebelum itu. Allah memarahi teman-teman
Ayub karena mereka tidak dapat memahami arti kesengsaraan Ayub. Hanya Ayublah
yang sungguh-sungguh menyadari bahwa Allah lebih besar daripada yang telah
diajarkan oleh agama yang tradisional itu.
Garis besar kitab Ayub
dalam bentuk dialog antara Sang Pencipta—Ayub sebagai Seorang Yang Berbudaya
Surgawi—Teman-teman ayub yang berbudaya duniawi--nerakawi, dapat diamati
sebagai berikut:
- EDEN
DICIPTAKAN DI DALAM KELUARGA AYUB (Ayub 1-2)
- EDEN
DIILUSTRASIKAN MELALUI KELUARGA AYUB DENGAN ADANYA PERTENTANGAN SEMESTA
YANG BESAR ANTARA AYUB DAN TEMAN-TEMANNYA (Ayub 3-37), sebagai berikut:
1.
Tanggapan
Ayub tentang Budaya Hidup Surgawi – Ayub 3
2. Tanggapan
Elifas – Teman ke-1 tentang Ayub – Ayub 4:1-5:27
1.
Tanggapan
Ayub tentang Pandangan Elifas – Ayub 6-7
3.
Tanggapan
Bildad—Teman ke-2 tentang Ayub – Ayub 8
1.
Tanggapan Ayub tentang Pandangan Bildad – Ayub 9-10
4.
Tanggapan
Zofar—Teman ke-3 tentang Ayub – Ayub 11
1. Tanggapan Ayub tentang Pandangan Zofar –
Ayub 12-14
2. Tanggapan Elifas tentang Ayub – Ayub 15
1.
Tanggapan Ayub tentang Pandangan Elifas – Ayub 16-17
3.
Tanggapan
Bildad tentang Ayub – Ayub 18
1.
Tanggapan Ayub tentang Pandangan Bildad – Ayub 19
4.
Tanggapan Zofar tentang Ayub – Ayub 20
1.
Tanggapan Ayub tentang Pandangan Zofar – Ayub 21
2.
Tanggapan Elifas tentang Ayub – Ayub 22
1.
Tanggapan Ayub tentang Pandangan Elifas – Ayub
23-24
3. Tanggapan Bildad tentang Ayub – Ayub 25
1. Tanggapan Ayub tentang Pandangan Bildad –
Ayub 26-31
5.
Tanggapan
Elihu—Teman ke-4 termuda tentang Ayub–Ayub 32-37
A. EDEN DIPULIHKAN DI
DALAM KELUARGA AYUB (Ayub 38-42)
Berdasarkan
realita kitab Ayub yang menjadi contoh nyata ORANG SALEH YANG HIDUP OLEH IMAN,
dengan tuntunan Roh Kudus yang sama dengan Roh Kebenaran yaitu Roh Nubuat, kita
akan menganalisis kitab Ayub dengan arahan atau pokok pemikiran yang sama
dengan Kejadian 3, sebagai berikut:
INJIL
KERAJAAN ALLAH YANG KEKAL DIPERKENALKAN
MELALUI BUDAYA HIDUP
SURGAWI
KELUARGA AYUB
Pembahasan
Khusus
Buku Ayub di dalam Alkitab ditinjau
dari segi isinya berdasarkan sastera Alkitabiah tergolong sebagai buku
filsafat. Musa yang menulis kisah nyata
ini beroleh hikmat Surgawi, karena Sang Pencipta yang diperkenalkan di Keluaran
3:14 sebagai AKU ADALAH AKU [YHWH]
adalah GURU BESAR-nya. Musa
benar-benar menyimak teks Matius 11:28-30 sehingga dia dinyatakan sebagai
“Seorang yang sangat lembut hatinya” (Bilangan 12:3). Pada suatu ketika, sementara ia
menggembalakan kawanan domba mertuanya di padang gurun, dan sewaktu Musa
beristirahat MERENUNGKAN FIRMAN TUHAN (Mazmur 1:2) serta MENINGGIKAN SANG
PENCIPTA DALAM SEBUAH DOA DAN PUJI-PUJIAN (Mazmur 90-92), sama seperti Daud,
Musa menyatakan TUHANLAH GEMBALAKU DAN AKU PUN TAK AKAN PERNAH KEKURANGAN
SESUATU PUN (Mazmur 23).
Di saat yang hening dan penuh hikmat
itulah, once upon a time—di tengah-tengah suasana yang sunyi, Sang Pencipta
menunjukkan sebuah film atau sebuah panorama tentang Ayub yang sudah lama
meninggal dunia melalui sebuah penglihatan di mana langit luas yang biru
merupakan layar lebarnya. Kemudian
daripada saat itu, Musa mengambil kertas papyrus dan menuliskan sebuah karya
ilmiah dengan tuntunan ILHAM SURGAWI YAITU ROH KEBENARAN dan inilah yang
dikenal dengan kitab Ayub yang terdiri atas 42 pasal. Semua yang tertulis di buku ini adalah 100%
kata-kata Musa, seorang doktor tamatan Universitas Mesir, yang menggambarkan
BUDAYA HIDUP SURGAWI TENTANG KELUARGA AYUB.
Apa yang tertulis dalam kitab Ayub adalah gambaran adanya dua macam
filsafat hidup. Yang satu dikenal dengan
FILSAFAT HIDUP YANG KOSONG DAN PALSU—NERAKAWI—budaya ini menekankan
formalitas/ritual upacara agama yang fanatik berdasarkan tradisi manusia
(Kolose 2:8), sedangkan yang satu lagi adalah FILSAFAT HIDUP YANG ASLI YANG
TIDAK LAIN ADALAH PANCASILA FILSAFAT HIDUP SURGAWI—KASIH—HAL INI
MENAMPILKAN KEHIDUPAN BERAGAMA SECARA SEUTUHNYA DI MANA JASMANINYA, PIKIRANNYA
DAN SOSIALNYA BERWAWASAN ROHANI (Roma 8:14).
Alkitab menyebutkannya dengan sebutan HIKMAT ALLAH YANG
TERSEMBUNYI DAN RAHASIA YANG ARTINYA ILMU KESELAMATAN MELALUI PELAYANAN YESUS
KRISTUS (1 Korintus 1:18-2:16; Efesus 1:3-23; Kolose 1:15-2:23; 2 Timotius
1:9-10; 1 Petrus 1:3-12; Wahyu 5-7).
Bilamana kita membaca Firman Allah
yang ditulis dalam kitab Ayub, secara prinsip, kita sedang membaca seluruh
Alkitab, di mana yang perlu ditonjolkan HANYALAH ILMU KESELAMATAN (1 Korintus
10:31). Apa yang tertulis di dalamnya
menggunakan segala ilustrasi dan alat peraga secara realita dalam budaya
manusia pada zaman itu, namun ilmu yang patut diangkat sebagai filsafat hidup
adalah hanya satu dan satu-satunya yaitu ORANG BENAR AKAN HIDUP OLEH IMAN
(Habakuk 2:4; Roma 1:16-17; Galatia 3:11; Ibrani 10:19-12:17). KARENA INILAH YANG DIKENAL DENGAN INJIL
KERAJAAN ALLAH YANG KEKAL YANG PATUT DIMASYURKAN DI SELURUH DUNIA BUKAN SEBAGAI UPACARA AGAMA FORMALITAS MELAINKAN
SEBAGAI BUDAYA HIDUP SURGAWI YANG TAMPIL KAPAN SAJA, DI MANA SAJA, DAN KEPADA
SIAPA SAJA (Matius 24:14; Markus 16:15; Kisah 1:8; Wahyu 14:6-12).
Mari kita baca dari Alkitab berdasarkan kamus ilmu
keselamatan, SIAPAKAH AYUB? Bukalah
kitab Ayub dan bacalah secara seksama dan penuh penyerahan diri pada Sang
Pencipta—SEBAB YANG DISEBUT IBADAH SEJATI bukanlah di mana beribadah atau kapan
beribadah MELAINKAN KEPADA SIAPA KITA BERIBADAH—YANG TIDAK LAIN ADALAH
SEMBAHLAH SANG PENCIPTA (Wahyu 19:10).
Ayub 1:1 merupakan judul bukunya tentang Ayub. Alkitab terjemahan Baru mendata: Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama
Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Alkitab Terjemahan Lama berkata: Sebermula, maka dahulu adalah di tanah Uz
seorang laki-laki yang bernama Ayub, maka orang itu tulus hatinya dan saleh,
lagi takut akan Allah dan dijauhkannya dirinya dari pada jahat. Lalu Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini
menyederhanakannya: Di tanah Us *Us:
Suatu daerah yang tak diketahui di mana letaknya.* tinggallah seorang laki-laki
yang bernama Ayub. Ia menyembah Allah dan setia kepada-Nya. Ia orang yang
baik budi dan tidak berbuat kejahatan sedikit pun. Ayub 1:1 sebagai judul dan sekaligus sebagai
pengantar kitab Ayub, dan itu pulalah yang merupakan kesimpulan tentang AYUB
SEBAGAI ANAK ALLAH.
Kesimpulan ini diteguhkan oleh penulis Perjanjian Baru
yaitu Yakobus—seorang hamba Allah yang sama seperti Musa, di mana dengan ilham
Surgawi, ia menulis: Mereka (yang dimaksudkan dengan mereka di teks ini adalah
“orang-orang kaya yang BERIMAN KEPADA SANG PENCIPTA—Yakobus 5:1) disebut berbahagia sebab mereka tabah.
Kalian sudah mendengar tentang kesabaran
Ayub, dan kalian tahu bagaimana Tuhan
pada akhirnya memberkati dia. Sebab Tuhan sangat berbelaskasihan dan baik hati
(Yakobus 5:11). Dengan demikian, Budaya hidup Sabar sebagai
orang saleh yang ayub miliki adalah sesuai Wahyu 14:12, Yang
penting di sini ialah ketekunan
orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus—Terjemahan
Baru.
Di dalam hal inilah patut bagi segala
orang suci menunjukkan sabar, yaitu bagi orang yang menurut segala hukum
Allah dan iman akan Yesus.—Terjemahan Lama.
Dalam hal ini umat Allah yang taat kepada perintah-perintah Allah dan setia kepada
Yesus, perlu menjadi tabah—Terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini.
Ayub adalah seorang manusia biasa seperti kita (Yakobus 5:17).
Selanjutnya,
bilamana kita membaca buku Yehezkiel 14, dalam pasal ini disebut nama Ayub
sebagai berikut: biarpun di
tengah-tengahnya berada ketiga orang ini, yaitu Nuh, Daniel dan Ayub, mereka akan menyelamatkan hanya
nyawanya sendiri karena kebenaran mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH. . .
. dan biarpun Nuh, Daniel dan Ayub berada di tengah-tengahnya, demi
Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, mereka tidak akan menyelamatkan
baik anak laki-laki maupun anak perempuan, melainkan mereka akan menyelamatkan
hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka (Ayat 14,20). Nabi Yehezkiel dalam tulisannya ingin
menegaskan BAHWA KESELAMATAN BERLANGSUNG SECARA PERORANGAN YANG DIDASARKAN ATAS
IMANNYA (Baca Yehezkiel 18). Atas dasar
realita ini, Ayub adalah manusia historis realistis yang pernah hidup di planet
Bumi ini, tepatnya di Timur Tengah. Ia
dapat dikelompokkan sebagai orang Babilon kuno sama seperti Abraham yang lahir
di Ur-Kasdim (Kejadian 15:7). Alkitab
menyatakan melalui Musa bahwa percayalah
Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai
kebenaran (Kej 15:6). Filsafat inilah yang dikutip Habakuk di
pasal 2, dan Paulus di Roma, Galatia, Efesus, dan Ibrani—BAHWA ORANG BENAR AKAN
HIDUP OLEH IMANNYA. AYUB DIUBAHKAN
MENJADI SEPERTI KRISTUS MELALUI IMAN YANG BEKERJA OLEH KASIH—DENGAN TUNTUNAN
ROH ALLAH.
Hal yang sama dapat kita sebut tentang Ayub seperti Abram bahwa AYUB PUN
PERCAYA KEPADA SANG PENCIPTA DAN TELAH MENJADI BUDAYA HIDUPNYA OLEH TUNTUNAN
ROH KUDUS SEHINGGA BERDASARKAN REALITA INILAH SANG PENCIPTA MENILAI BUDAYA
HIDUP AYUB SEBAGAI ORANG BENAR YANG HIDUP BERDASARKAN IMANNYA. Itulah sebabnya Musa menuliskannya di Ayub
1:1 BAHWA AYUB ADALAH ORANG SALEH, ORANG TULUS DAN ORANG YANG BERTAKWA KEPADA
SANG PENCIPTA. Hal-hal seperti inilah
yang patut kit baca melalui kitab Ayub, khususnya pernyataan Sang Pencipta melalui
Musa dalam kitab Ayub yang berdasarkan garis besar di pendahuluan pelajaran 6
ini diberi nomor 1—Lihat Ayub 3, 6-7, 9-10, 12-14, 16-17, 19, 21, 23-24, 26-31.
Itulah sebabnya, nada Ayub 1-2 sama
dengan Ayub 42 yang menampilkan budaya Surgawi kehidupan Ayub dan
keluarganya. Beginilah Musa menyatakan
melalui ilham Surgawi:
Ayub 42:1 Maka
jawab Ayub kepada TUHAN: 42:2 "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan
segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. 42:3 Firman-Mu: Siapakah dia yang
menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku
telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak
kuketahui. 42:4 Firman-Mu: Dengarlah,
maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu
Aku. 42:5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi
sekarang mataku sendiri memandang Engkau.
42:6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku
duduk dalam debu dan abu." 42:7
Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada
Elifas, orang Téman: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua
sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku
Ayub. 42:8 Oleh sebab itu, ambillah
tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada
hamba-Ku Ayub, lalu persembahkanlah semuanya itu sebagai korban bakaran untuk
dirimu, dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya
permintaannyalah yang akan Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap
kamu, sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku
Ayub." 42:9 Maka pergilah Elifas,
orang Téman, Bildad, orang Suah, dan Zofar, orang Naama, lalu mereka melakukan
seperti apa yang difirmankan TUHAN kepada mereka. Dan TUHAN menerima permintaan
Ayub. 42:10 Lalu TUHAN memulihkan
keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN
memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu. 42:11 Kemudian datanglah kepadanya semua
saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan
bersama-sama dengan dia di rumahnya. Mereka menyatakan turut berdukacita dan
menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN
kepadanya, dan mereka masing-masing memberi dia uang satu kesita dan sebuah cincin
emas. 42:12 TUHAN memberkati Ayub dalam
hidupnya yang selanjutnya lebih daripada dalam hidupnya yang dahulu; ia
mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang
lembu, dan seribu ekor keledai betina.
42:13 Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak
perempuan; 42:14 dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang
kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh.
42:15 Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak
Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah
saudara-saudaranya laki-laki. 42:16
Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya; ia melihat
anak-anaknya dan cucu-cucunya sampai keturunan yang keempat. 42:17 Maka matilah Ayub, tua dan lanjut umur.
Berdasarkan pemahaman inilah, kita patut
membaca kata-kata Ayub yang Musa nyatakan dalam kitab Ayub. Misalnya saja: BACALAH AYUB 3 yang bunyinya sebagai berikut:
3:1 Sesudah itu Ayub membuka mulutnya dan mengutuki hari kelahirannya. 3:2 Maka berbicaralah Ayub: 3:3 "Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku
dan malam yang mengatakan: Seorang anak laki-laki telah ada dalam kandungan.
3:4 Biarlah hari itu menjadi kegelapan,
janganlah kiranya Allah yang di atas menghiraukannya, dan janganlah cahaya
terang menyinarinya. 3:5 Biarlah kegelapan dan kekelaman menuntut
hari itu, awan-gemawan menudunginya, dan gerhana matahari mengejutkannya.
3:6 Malam itu -- biarlah dia dicekam oleh kegelapan; janganlah ia bersukaria
pada hari-hari dalam setahun; janganlah ia termasuk bilangan bulan-bulan. 3:7
Ya, biarlah pada malam itu tidak ada yang melahirkan, dan tidak terdengar suara
kegirangan. 3:8 Biarlah ia disumpahi
oleh para pengutuk hari, oleh mereka yang pandai membangkitkan marah Lewiatan.
3:9 Biarlah bintang-bintang senja menjadi gelap; biarlah ia menantikan terang
yang tak kunjung datang, janganlah ia melihat merekahnya fajar, 3:10 karena
tidak ditutupnya pintu kandungan ibuku, dan tidak disembunyikannya kesusahan
dari mataku. 3:11 Mengapa aku tidak mati
waktu aku lahir, atau binasa waktu aku keluar dari kandungan? 3:12 Mengapa
pangkuan menerima aku; mengapa ada buah dada, sehingga aku dapat menyusu?
3:13 Jikalau tidak, aku sekarang berbaring dan tenang; aku tertidur dan
mendapat istirahat 3:14 bersama-sama raja-raja dan penasihat-penasihat di bumi,
yang mendirikan kembali reruntuhan bagi dirinya, 3:15 atau bersama-sama
pembesar-pembesar yang mempunyai emas, yang memenuhi rumahnya dengan
perak. 3:16 Atau mengapa aku tidak seperti anak gugur yang disembunyikan, seperti bayi
yang tidak melihat terang? 3:17 Di
sanalah orang fasik berhenti menimbulkan huru-hara, di sanalah mereka yang
kehabisan tenaga mendapat istirahat.
3:18 Dan para tawanan bersama-sama menjadi tenang, mereka tidak lagi
mendengar suara pengerah. 3:19 Di sana orang kecil dan orang besar sama, dan budak
bebas dari pada tuannya. 3:20 Mengapa terang diberikan kepada yang
bersusah-susah, dan hidup kepada yang pedih hati; 3:21 yang menantikan maut,
yang tak kunjung tiba, yang mengejarnya lebih daripada menggali harta
terpendam; 3:22 yang bersukaria dan bersorak-sorai dan senang, bila mereka
menemukan kubur; 3:23 kepada orang laki-laki yang jalannya tersembunyi, yang
dikepung Allah? 3:24 Karena ganti rotiku adalah keluh kesahku, dan
keluhanku tercurah seperti air. 3:25
Karena yang kutakutkan, itulah yang
menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku. 3:26 Aku
tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat,
tetapi kegelisahanlah yang timbul."
Coba perhatikan ungkapan-ungkapan yang
dicetak di Ayub 3 ini yang bertulisan bold,
bukankah nadanya negatif? Apakah hal ini
menunjukkan bahwa Ayub memiliki budaya hidup BERDOSA? TENTUNYA TIDAK DEMIKIAN KESIMPULANNYA. Ayub adalah seorang manusia biasa seperti
kita yang di dunia yang penuh dengan penderitaan dan waktu dia lahir AYUB PASTI
MENANGIS. Apa yang Musa tuliskan tentang
Ayub di kitab Ayub ini HANYALAH REALITA HIDUP DI KOLONG LANGIT DI MANA YANG
NAMANYA PENDERITAAN DAN KESUSAHAN ADALAH SESUATU YANG BIASA dan bukan luar
biasa. Inilah yang sudah dinyatakan di
Kejadian 3 sebagai akibat dari masuknya dosa di planet bumi ini. Ayub hidup sebagai seorang yang REALISTIS DAN
BUKAN IDEALIS, AYUB MENYADARI BAHWA BUMI INI BUKANLAH SURGA SEBAGAIMANA YANG
DIRINDUKAN OLEH MANUSIA.
Apa yang terjadi dalam budaya hidup Ayub
sangat mirip dengan pernyataan Rasul Paulus di Roma 7 yang bunyinya sebagai
berikut:
7:1 Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, -- sebab aku berbicara kepada
mereka yang mengetahui hukum—dalam arti
aturan kehidupan -- bahwa hukum berkuasa
atas seseorang selama orang itu hidup?
7:2 Contoh nyata dalam kehidupan rumah tangga—hubungan suami istri--Sebab seorang isteri terikat oleh hukum
kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu
mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu. 7:3 Jadi selama suaminya hidup ia dianggap
berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah
mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi
isteri laki-laki lain.—Inilah yang Yesus Kristus arahkan di Matius 19. 7:4
Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi penalti hukum Taurat
oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang
telah dibangkitkan dari antara orang mati menjadi manusia baru, agar kita berbuah bagi Allah—menghidupkan
BUDAYA HIDUP SURGAWI--KASIH. 7:5 Sebab waktu kita masih hidup di dalam
daging—sifat alami manusia yang suka berdosa, misalnya, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh penalty hukum Taurat, bekerja
dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut yaitu upah
dosa—Roma 6:23. 7:6 Tetapi sekarang kita
telah dibebaskan dari penalty hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia,
yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut
Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat—secara
formalitas menurut budaya tradisi manusia—duniawi/nerakawi. 7:7 Jika demikian, apakah yang
hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak!
Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga
tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan:
"Hendaklah kamu tidak suka mengingini!" 7:8 Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat
kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa
hukum Taurat dosa mati—dalam arti tidak berfungsi apa-apa. 7:9
Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu,
dosa mulai hidup, 7:10 sebaliknya aku mati. Dan perintah yang seharusnya
membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian. 7:11 Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat
kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku. 7:12 Yang
tepat berdasarkan realita bahwa hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu
juga adalah kudus, benar dan baik. 7:13
Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak!
Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik
untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata
lagi keadaannya sebagai dosa. 7:14 Sebab
kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging,
terjual di bawah kuasa dosa. 7:15 Sebab
apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang
aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. 7:16 Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku
kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik. 7:17 Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya,
tetapi dosa yang ada di dalam aku. 7:18
Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak
ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal
berbuat apa yang baik. 7:19 Sebab bukan
apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang
tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. 7:20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku
kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam
aku. 7:21 Demikianlah aku dapati hukum
ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada
padaku. 7:22 Sebab di dalam batinku aku
suka akan hukum Allah, 7:23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat
hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi
tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. 7:24 Aku,
manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? 7:25
Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. 7:26 Jadi dengan akal budiku aku melayani
hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.
BERDASARKAN PENGERTIAN INILAH, PAULUS
MELANJUTKAN DI ROMA 8 sebagai berikut:
8:1 Demikianlah sekarang tidak ada
penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. 8:2 Roh,
yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan
hukum maut. 8:3 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya
oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri
dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia
telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, 8:4 supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di
dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. 8:5 Sebab mereka yang hidup menurut daging,
memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan
hal-hal yang dari Roh. 8:6 Karena keinginan daging adalah maut, tetapi
keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.
8:7 Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia
tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. 8:8 Mereka yang hidup dalam daging, tidak
mungkin berkenan kepada Allah. 8:9
Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh
Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia
bukan milik Kristus. 8:10 Tetapi jika
Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh
adalah kehidupan oleh karena kebenaran.
8:11 Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang
mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari
antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya,
yang diam di dalam kamu. 8:12 Jadi,
saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging,
supaya hidup menurut daging. 8:13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging,
kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan
tubuhmu, kamu akan hidup. 8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah,
adalah anak Allah. 8:15 Sebab kamu
tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu
telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru:
"ya Abba, ya Bapa!" 8:16 Roh
itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak
Allah. 8:17 Dan jika kita adalah anak,
maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima
janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu
jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan
bersama-sama dengan Dia. 8:18 Sebab aku
yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan
kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. 8:19 Sebab dengan sangat rindu
seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. 8:20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan
kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia,
yang telah menaklukkannya, 8:21 tetapi
dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari
perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak
Allah 8:22 Sebab kita tahu, bahwa sampai
sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit
bersalin. 8:23 Dan bukan hanya mereka
saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh
dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan
tubuh kita. 8:24 Sebab kita diselamatkan
dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi;
sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya? 8:25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang
tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun. 8:26 Demikian juga Roh membantu kita dalam
kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa;
tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang
tidak terucapkan. 8:27 Dan Allah yang menyelidiki hati nurani,
mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa
untuk orang-orang kudus. 8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. 8:29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari
semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan
gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara
banyak saudara. 8:30 Dan
mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan
mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang
dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.
8:31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika
Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? 8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya
sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia
tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? 8:33 Siapakah yang akan menggugat orang-orang
pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum
mereka? 8:34 Kristus Yesus, yang telah
mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan
Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?
8:35 Siapakah yang akan
memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau
penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? 8:36 Seperti ada tertulis: "Oleh karena
Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai
domba-domba sembelihan." 8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih
daripada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. 8:38 Sebab
aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
8:39 atau kuasa-kuasa, baik yang di
atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat
memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Marilah kita menyimak seluruh
budaya hidup Ayub yang Musa nyatakan di Ayub 6-7, 9-10, 12-14, 16-17, 19, 21, 23-24, 26-31. Konsep itu akan kita sejajarkan dengan Dasar
Kepercayaan Alkitabiah. Beginilah
penampilannya:
Mari
kita lihat bagaimana keyakinan Ayub tentang kekuasaan Sang Pencipta. Dalam Ayub 6:8, ia berkata: Ah, kiranya terkabul permintaanku
dan Allah memberi apa yang kuharapkan! Berdasarkan ayat 10 Ayub menyatakan keyakinannya: aku tidak pernah menyangkal firman Yang Mahakudus. Sebagai perbadingan tentang
keadaan dirinya yang tak berdaya di ayat 11-14, Ayub berseru: Apakah kekuatanku, sehingga aku
sanggup bertahan, dan apakah masa depanku, sehingga aku harus bersabar? Apakah kekuatanku seperti kekuatan batu?
Apakah tubuhku dari tembaga? Bukankah
tidak ada lagi pertolongan bagiku, dan keselamatan jauh dari padaku? Siapa menahan kasih sayang terhadap
sesamanya, melalaikan takut akan Yang Mahakuasa. Itulah
sebabnya berdasarkan realita hidup di Bumi yang sudah dikuasai dosa, Ayub
berkata: "Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan
hari-harinya seperti hari-hari orang upahan? . . . Ingatlah, bahwa hidupku
hanya hembusan nafas; mataku tidak akan lagi melihat yang baik. . . . hari-hariku hanya seperti hembusan nafas
saja.” (7:1,7,16).
Selanjutnya,
dalam Ayub 9:2, 4, 15, Ayub berseru: Sungguh, aku tahu, bahwa demikianlah
halnya, masakan manusia benar di hadapan Allah?
Allah itu bijak dan kuat, siapakah dapat berkeras melawan Dia, dan tetap
selamat? Walaupun aku benar, aku tidak
mungkin membantah Dia, malah aku harus memohon belas kasihan kepada yang
mendakwa aku.
Ayub pun menyadari tentang Sang Pencipta Yang Mahakuasa, sehingga ia
berkata di Ayub 9:32, 35 sebagai berikut: Karena Dia [Sang Pencipta] bukanlah manusia seperti aku, sehingga aku
dapat menjawab-Nya: Mari bersama-sama menghadap pengadilan. . . . maka aku akan berbicara tanpa rasa takut
terhadap Dia, karena aku tidak menyadari kesalahanku. Kemudian, di Ayub 10:8, 12,
Musa menulis dengan ilham Surgawi: Tangan-Mulah yang membentuk dan membuat aku, tetapi
kemudian Engkau berpaling dan hendak membinasakan aku? Hidup dan kasih setia Kaukaruniakan
kepadaku, dan pemeliharaan-Mu nyawaku.
Seterusnya
di Ayub 12:7-13, Ayub menyadari bahwa HIKMAT SEJATI HANYALAH ADA DALAM DIRI
SANG PENCIPTA. Ayub bertutur sebagai
berikut: Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau
akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya
keterangan. Atau bertuturlah kepada
bumi, maka engkau akan diberinya pengajaran, bahkan ikan di laut akan bercerita
kepadamu. Siapa di antara semuanya itu
yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang melakukan itu; bahwa di dalam
tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia? Bukankah telinga menguji kata-kata, seperti
langit-langit mencecap makanan? Konon
hikmat ada pada orang yang tua, dan pengertian pada orang yang lanjut
umurnya. Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan
dan pengertian. Konsep seperti ini juga dinyatakannya lebih
luas di Ayub 26-28, di mana Ayub menyatakan bahwa ALLAH ADALAH SUMBER HIKMAT.
Musa
mencatat kata-kata Ayub yang nadanya berhubungan erat dengan akibat dosa yaitu
kematian. Ayub 14:1-4 menyatakan bahwa Manusia yang lahir dari perempuan,
singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu,
seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan. Masakan Engkau menujukan pandangan-Mu kepada
orang seperti itu, dan menghadapkan kepada-Mu untuk diadili? Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari
yang najis? Seorang pun tidak! Kemudian di Ayub 30-31 Musa juga mencatat tentang realita Bumi yang
penuh dengan kesengsaraan sebagai akibat dari dosa.
Berbicara
tentang Sang Pencipta sebagai Saksi dan Hakim yang Adil, Ayub berkata dalam
Ayub 16:19-21; 17:3; 19:25 sebagai berikut:
Ketahuilah, sekarang pun
juga, Saksiku ada di surga, Yang memberi kesaksian bagiku ada di tempat yang
tinggi. Sekalipun aku dicemoohkan oleh sahabat-sahabatku, namun ke arah Allah
mataku menengadah sambil menangis, supaya Ia memutuskan perkara antara manusia
dengan Allah, dan antara manusia dengan sesamanya. . . . Biarlah Engkau menjadi jaminanku bagi-Mu
sendiri! Siapa lagi yang dapat membuat persetujuan bagiku? . . . Tetapi aku
tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.
Keyakinan
Ayub yang memiliki budaya hidup Surgawi sangat jelas dapat diamati karena
hubungannya yang akrab dengan Sang Pencipta.
Dalam Ayub 23:10, ia memiliki pendirian teguh sebagai berikut: Karena Ia tahu jalan
hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. Selanjutnya,
melalui Ayub 29, Musa menggubah sebuah karya sastera yang menggambarkan bahwa
Ayub benar-benar memiliki kehidupan BUDAYA SURGAWI YANG PRIMA, dengan demikian,
AYUB TELAH DIUBAHKAN MENJADI SEPERTI KRISTUS MELALUI IMAN YANG BEKERJA OLEH
KASIH. Marilah kita baca Ayub 29 ini
dengan seksama.
29:2 "Ah, kiranya aku seperti dalam
bulan-bulan yang silam, seperti pada hari-hari, ketika Allah melindungi aku,
29:3 ketika pelita-Nya bersinar di atas kepalaku, dan di bawah terang-Nya aku
berjalan dalam gelap; 29:4 seperti ketika aku mengalami masa remajaku, ketika
Allah bergaul karib dengan aku di dalam kemahku; 29:5 ketika Yang Mahakuasa
masih beserta aku, dan anak-anakku ada di sekelilingku; 29:6 ketika
langkah-langkahku bermandikan dadih, dan gunung batu mengalirkan sungai minyak
di dekatku. 29:7 Apabila aku keluar ke pintu gerbang kota, dan menyediakan
tempat dudukku di tengah-tengah lapangan, 29:8 maka ketika aku kelihatan,
mundurlah orang-orang muda dan bangkitlah orang-orang yang sudah lanjut
umurnya, lalu tinggal berdiri; 29:9 para pembesar berhenti bicara, dan menutup
mulut mereka dengan tangan; 29:10 suara para pemuka membisu, dan lidah mereka melekat
pada langit-langitnya; 29:11 apabila telinga mendengar tentang aku, maka aku
disebut berbahagia; dan apabila mata melihat, maka aku dipuji. 29:12 Karena aku
menyelamatkan orang sengsara yang berteriak minta tolong, juga anak piatu yang
tidak ada penolongnya; 29:13 aku mendapat ucapan berkat dari orang yang nyaris
binasa, dan hati seorang janda kubuat bersukaria; 29:14 aku berpakaian
kebenaran dan keadilan menutupi aku seperti jubah dan serban; 29:15 aku menjadi
mata bagi orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh; 29:16 aku menjadi bapa bagi
orang miskin, dan perkara orang yang tidak kukenal, kuselidiki. 29:17 Geraham
orang curang kuremuk, dan merebut mangsanya dari giginya.
29:18 Pikirku: Bersama-sama dengan sarangku aku
akan binasa, dan memperbanyak hari-hariku seperti burung feniks. 29:19 Akarku mencapai air, dan embun
bermalam di atas ranting-rantingku. 29:20 Kemuliaanku selalu baru padaku, dan
busurku kuat kembali di tanganku. 29:21 Kepadakulah orang mendengar sambil menanti,
dengan diam mereka mendengarkan nasihatku. 29:22 Sehabis bicaraku tiada seorang
pun angkat bicara lagi, dan perkataanku menetes ke atas mereka. 29:23 Orang
menantikan aku seperti menantikan hujan, dan menadahkan mulutnya seperti
menadah hujan pada akhir musim. 29:24
Aku tersenyum kepada mereka, ketika mereka putus asa, dan seri mukaku tidak
dapat disuramkan mereka. 29:25 Aku
menentukan jalan mereka dan duduk sebagai pemimpin; aku bersemayam seperti raja
di tengah-tengah rakyat, seperti seorang yang menghibur mereka yang
berkabung."
Oleh
sebab itu, sebagai kesimpulan Alkitabiah berdasarkan realita ini, maka semua
yang terjadi di kitab Ayub ini adalah pengalaman IMAN Ayub selama hayat di
kandung badan di planet Bumi yang sedang dikuasai dosa, sebagaimana yang Paulus
nyatakan di Efesus 6 tentang PEPERANGAN IMAN (THE FIGHT OF FAITH). Dengan demikian, cara membaca Ayub 1-2,
khususnya Ayub 1:6 adalah sebagai berikut: Pada
suatu hari di lingkungan budaya hidup
manusia yang hidup dalam suasana kesengsaraan
datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN yang artinya bahwa ada sekelompok umat manusia yang disebut sebagai
umat yang sisa dalam arti setia yang selalu menghidupkan budaya Surgawi melalui
ibadah sejati di mana saja, kapan saja dan kepada siapa saja selagi hayat di
kandung badan dan di antara mereka datanglah juga
Iblis yang berdasarkan realita hidup
memiliki pengertian sebagai berikut:
kapan saja dan di mana saja umat Allah setia beribadah maka Iblis atau
Setan selalu hadir di situ untuk menggoda sama seperti dia menggoda Adam dan
Hawa di Kejadian 3.
Apa yang terjadi di kitab Ayub
ini BUKANLAH TERJADI DI SURGA SEPERTI YANG BIASA DICERITAKAN OLEH BANYAK
PEMBICARA, KARENA SETAN SUDAH KELUAR DARI TEMPAT ITU LAMA SEBELUM BUMI
DICIPTAKAN. INILAH YANG DINYATAKAN DI KEJADIAN
1:2 bahwa sebelum Bumi serta lingkungannya Sang Pencipta ciptakan, maka Setan
sudah berdosa di alam semesta ini.
Inilah yang diceritakan di Yesaya 14, Yehezkiel 28 dan juga Wahyu
12.