Laman

Senin, 04 Oktober 2021

Iman yang benar, Mari lihat ini dulu!!!

 

 

IMAN YANG BEKERJA OLEH KASIH

Pendahuluan

 

Kitab Ayub adalah buku yang pertama yang Musa tulis untuk menyatakan adanya suatu PERTENTANGAN SEMESTA YANG BESAR DI ALAM INI berdasarkan apa yang sudah dipelajari di Kejadian 3 menurut pelajaran ke-5 dalam  seri pendalaman Alkitab tahun 2006 ini.  Melalui kisah nyata ini, umat manusia diajak untuk memiliki budaya hidup Surgawi seperti Ayub, karena AYUB TELAH DIUBAHKAN MENJADI SEPERTI KRISTUS MELALUI IMAN YANG BEKERJA OLEH KASIH YANG TIDAK LAIN DITUNTUN OLEH ROH ALLAH.

 

            Berdasarkan isinya, setiap Alkitab yang tampil di dalamnya, dapat diamati sebagai Alkitab yang mini di mana di dalamnya terdapat hanya satu cerita, yaitu KISAH KASIH ALLAH YANG MAHABESAR terhadap manusia yang mahabesar dosanya.  Garis besar kitab Ayub sama dengan Alkitab yaitu DARI EDEN KE EDEN.  Ayub 1-2 ditampilkan bagaimana EDEN DICIPTAKAN DALAM BUDAYA HIDUP AYUB. Ayub 3-37 di sini tampil adanya PERTENTANGAN SEMESTA YANG BESAR ANTARA YANG BENAR DAN YANG SALAH—ANTARA YANG ASLI DAN YANG PALSU.  Akhirnya, Ayub 38-42 menampilkan bagaimana EDEN DIPULIHKAN DALAM BUDAYA HIDUP AYUB.

 

Melalui PENGANTAR KITAB AYUB yang tampil di Alkitab Elektronik terbitan Lembaga Alkitab, Jakarta didata keadaan kitab Ayub yang dikutip sebagai berikut:

 

Buku  Ayub adalah kisah tentang seorang yang baik budi, ia mengalami musibah hebat; ia kehilangan semua anaknya dan segala harta bendanya, lalu dihinggapi penyakit kulit yang menjijikkan. Dalam tiga rangkaian percakapan yang bersajak, si penulis [yaitu Musa] menggambarkan bagaimana teman-teman Ayub, dan Ayub sendiri menanggapi malapetaka itu. Pokok yang penting dalam percakapan-percakapan itu ialah yang menyinggung caranya Allah memperlakukan manusia. Pada bagian terakhir, Allah sendiri menyatakan diri-Nya kepada Ayub.

 

Teman-teman Ayub menjelaskan penderitaan Ayub itu menurut ajaran agama yang tradisional. Pada sangka mereka, Allah selalu mengganjar orang yang baik dan menghukum orang yang jahat. Jadi, penderitaan Ayub hanya dapat berarti bahwa ia telah berbuat dosa. Tetapi bagi Ayub pendapat itu terlalu dangkal; tidak sepantasnya ia mendapat hukuman yang sekejam itu, sebab ia seorang yang sangat baik dan jujur. Ia tidak dapat mengerti mengapa Allah membiarkan orang seperti dirinya mengalami begitu banyak bencana, dan dengan berani ia menantang Allah. Ayub tidak kehilangan kepercayaannya kepada Allah, tetapi ia sungguh-sungguh ingin supaya dibenarkan oleh Allah dan supaya mendapat kembali kehormatannya sebagai orang yang baik.

 

Allah tidak memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Ayub, tetapi Allah menanggapi kepercayaan Ayub dengan memberinya banyak contoh mengenai kuasa dan hikmat-Nya. Contoh-contoh itu dilukiskan dengan puisi. Kemudian dengan segala rendah hati, Ayub mengakui kebijaksanaan dan keagungan Allah, lalu menyesali kata-katanya yang keras dan penuh kemarahan itu.

 

Bagian terakhir dari kisah ini, yang ditulis dengan bahasa biasa, menuturkan bagaimana Ayub dikembalikan kepada keadaannya semula, dengan kekayaan yang jauh melebihi kekayaannya sebelum itu. Allah memarahi teman-teman Ayub karena mereka tidak dapat memahami arti kesengsaraan Ayub. Hanya Ayublah yang sungguh-sungguh menyadari bahwa Allah lebih besar daripada yang telah diajarkan oleh agama yang tradisional itu. 

 

            Garis besar kitab Ayub dalam bentuk dialog antara Sang Pencipta—Ayub sebagai Seorang Yang Berbudaya Surgawi—Teman-teman ayub yang berbudaya duniawi--nerakawi, dapat diamati sebagai berikut:

 

  1. EDEN DICIPTAKAN DI DALAM KELUARGA AYUB (Ayub 1-2)
  2. EDEN DIILUSTRASIKAN MELALUI KELUARGA AYUB DENGAN ADANYA PERTENTANGAN SEMESTA YANG BESAR ANTARA AYUB DAN TEMAN-TEMANNYA (Ayub 3-37), sebagai berikut:

 

1.      Tanggapan Ayub tentang Budaya Hidup Surgawi – Ayub 3

2.      Tanggapan Elifas – Teman ke-1 tentang Ayub – Ayub 4:1-5:27

1.    Tanggapan Ayub tentang Pandangan Elifas – Ayub 6-7

3.      Tanggapan Bildad—Teman ke-2 tentang Ayub – Ayub 8

1.    Tanggapan Ayub tentang Pandangan Bildad – Ayub 9-10

4.      Tanggapan Zofar—Teman ke-3 tentang Ayub – Ayub 11

1.   Tanggapan Ayub tentang Pandangan Zofar – Ayub 12-14

2.    Tanggapan Elifas tentang Ayub – Ayub 15

1.    Tanggapan Ayub tentang Pandangan Elifas – Ayub 16-17

3.    Tanggapan Bildad tentang Ayub – Ayub 18

1.    Tanggapan Ayub tentang Pandangan Bildad – Ayub 19

4.    Tanggapan Zofar tentang Ayub – Ayub 20

1.   Tanggapan Ayub tentang Pandangan Zofar – Ayub 21

 2.   Tanggapan Elifas tentang Ayub – Ayub 22

1.     Tanggapan Ayub tentang Pandangan Elifas – Ayub 23-24

3.    Tanggapan Bildad tentang Ayub – Ayub 25

1.    Tanggapan Ayub tentang Pandangan Bildad – Ayub 26-31

5.            Tanggapan Elihu—Teman ke-4 termuda tentang Ayub–Ayub 32-37

 

 

 

 

A.  EDEN DIPULIHKAN DI DALAM KELUARGA AYUB (Ayub 38-42)

 

Berdasarkan realita kitab Ayub yang menjadi contoh nyata ORANG SALEH YANG HIDUP OLEH IMAN, dengan tuntunan Roh Kudus yang sama dengan Roh Kebenaran yaitu Roh Nubuat, kita akan menganalisis kitab Ayub dengan arahan atau pokok pemikiran yang sama dengan Kejadian 3, sebagai berikut:

 

INJIL KERAJAAN ALLAH YANG KEKAL DIPERKENALKAN

 

MELALUI BUDAYA HIDUP SURGAWI

KELUARGA AYUB

Pembahasan Khusus

 

            Buku Ayub di dalam Alkitab ditinjau dari segi isinya berdasarkan sastera Alkitabiah tergolong sebagai buku filsafat.  Musa yang menulis kisah nyata ini beroleh hikmat Surgawi, karena Sang Pencipta yang diperkenalkan di Keluaran 3:14 sebagai AKU ADALAH AKU [YHWH] adalah GURU BESAR-nya.  Musa benar-benar menyimak teks Matius 11:28-30 sehingga dia dinyatakan sebagai “Seorang yang sangat lembut hatinya” (Bilangan 12:3).  Pada suatu ketika, sementara ia menggembalakan kawanan domba mertuanya di padang gurun, dan sewaktu Musa beristirahat MERENUNGKAN FIRMAN TUHAN (Mazmur 1:2) serta MENINGGIKAN SANG PENCIPTA DALAM SEBUAH DOA DAN PUJI-PUJIAN (Mazmur 90-92), sama seperti Daud, Musa menyatakan TUHANLAH GEMBALAKU DAN AKU PUN TAK AKAN PERNAH KEKURANGAN SESUATU PUN (Mazmur 23).

 

            Di saat yang hening dan penuh hikmat itulah, once upon a time—di tengah-tengah suasana yang sunyi, Sang Pencipta menunjukkan sebuah film atau sebuah panorama tentang Ayub yang sudah lama meninggal dunia melalui sebuah penglihatan di mana langit luas yang biru merupakan layar lebarnya.  Kemudian daripada saat itu, Musa mengambil kertas papyrus dan menuliskan sebuah karya ilmiah dengan tuntunan ILHAM SURGAWI YAITU ROH KEBENARAN dan inilah yang dikenal dengan kitab Ayub yang terdiri atas 42 pasal.  Semua yang tertulis di buku ini adalah 100% kata-kata Musa, seorang doktor tamatan Universitas Mesir, yang menggambarkan BUDAYA HIDUP SURGAWI TENTANG KELUARGA AYUB.  Apa yang tertulis dalam kitab Ayub adalah gambaran adanya dua macam filsafat hidup.  Yang satu dikenal dengan FILSAFAT HIDUP YANG KOSONG DAN PALSU—NERAKAWI—budaya ini menekankan formalitas/ritual upacara agama yang fanatik berdasarkan tradisi manusia (Kolose 2:8), sedangkan yang satu lagi adalah FILSAFAT HIDUP YANG ASLI YANG TIDAK LAIN ADALAH PANCASILA FILSAFAT HIDUP SURGAWI—KASIH—HAL INI MENAMPILKAN KEHIDUPAN BERAGAMA SECARA SEUTUHNYA DI MANA JASMANINYA, PIKIRANNYA DAN SOSIALNYA BERWAWASAN ROHANI (Roma 8:14).  Alkitab menyebutkannya dengan sebutan HIKMAT ALLAH YANG TERSEMBUNYI DAN RAHASIA YANG ARTINYA ILMU KESELAMATAN MELALUI PELAYANAN YESUS KRISTUS (1 Korintus 1:18-2:16; Efesus 1:3-23; Kolose 1:15-2:23; 2 Timotius 1:9-10; 1 Petrus 1:3-12; Wahyu 5-7).

 

            Bilamana kita membaca Firman Allah yang ditulis dalam kitab Ayub, secara prinsip, kita sedang membaca seluruh Alkitab, di mana yang perlu ditonjolkan HANYALAH ILMU KESELAMATAN (1 Korintus 10:31).  Apa yang tertulis di dalamnya menggunakan segala ilustrasi dan alat peraga secara realita dalam budaya manusia pada zaman itu, namun ilmu yang patut diangkat sebagai filsafat hidup adalah hanya satu dan satu-satunya yaitu ORANG BENAR AKAN HIDUP OLEH IMAN (Habakuk 2:4; Roma 1:16-17; Galatia 3:11; Ibrani 10:19-12:17).  KARENA INILAH YANG DIKENAL DENGAN INJIL KERAJAAN ALLAH YANG KEKAL YANG PATUT DIMASYURKAN DI SELURUH DUNIA BUKAN SEBAGAI UPACARA AGAMA FORMALITAS MELAINKAN SEBAGAI BUDAYA HIDUP SURGAWI YANG TAMPIL KAPAN SAJA, DI MANA SAJA, DAN KEPADA SIAPA SAJA (Matius 24:14; Markus 16:15; Kisah 1:8; Wahyu 14:6-12).

 

            Mari kita baca dari Alkitab berdasarkan kamus ilmu keselamatan, SIAPAKAH AYUB?   Bukalah kitab Ayub dan bacalah secara seksama dan penuh penyerahan diri pada Sang Pencipta—SEBAB YANG DISEBUT IBADAH SEJATI bukanlah di mana beribadah atau kapan beribadah MELAINKAN KEPADA SIAPA KITA BERIBADAH—YANG TIDAK LAIN ADALAH SEMBAHLAH SANG PENCIPTA (Wahyu 19:10).  Ayub 1:1 merupakan judul bukunya tentang Ayub.  Alkitab terjemahan Baru mendata: Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.  Alkitab Terjemahan Lama berkata: Sebermula, maka dahulu adalah di tanah Uz seorang laki-laki yang bernama Ayub, maka orang itu tulus hatinya dan saleh, lagi takut akan Allah dan dijauhkannya dirinya dari pada jahat.  Lalu Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini menyederhanakannya: Di tanah Us *Us: Suatu daerah yang tak diketahui di mana letaknya.* tinggallah seorang laki-laki yang bernama Ayub. Ia menyembah Allah dan setia kepada-Nya. Ia orang yang baik budi dan tidak berbuat kejahatan sedikit pun.  Ayub 1:1 sebagai judul dan sekaligus sebagai pengantar kitab Ayub, dan itu pulalah yang merupakan kesimpulan tentang AYUB SEBAGAI ANAK ALLAH.

 

            Kesimpulan ini diteguhkan oleh penulis Perjanjian Baru yaitu Yakobus—seorang hamba Allah yang sama seperti Musa, di mana dengan ilham Surgawi, ia menulis: Mereka (yang dimaksudkan dengan mereka di teks ini adalah “orang-orang kaya yang BERIMAN KEPADA SANG PENCIPTA—Yakobus 5:1) disebut berbahagia sebab mereka tabah. Kalian sudah mendengar tentang kesabaran Ayub, dan kalian tahu bagaimana Tuhan pada akhirnya memberkati dia. Sebab Tuhan sangat berbelaskasihan dan baik hati (Yakobus 5:11).  Dengan demikian, Budaya hidup Sabar sebagai orang saleh yang ayub miliki adalah sesuai Wahyu 14:12,  Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus—Terjemahan Baru.   Di dalam hal inilah patut bagi segala orang suci menunjukkan sabar, yaitu bagi orang yang menurut segala hukum Allah dan iman akan Yesus.—Terjemahan Lama.  Dalam hal ini umat Allah yang taat kepada perintah-perintah Allah dan setia kepada Yesus, perlu menjadi tabah—Terjemahan Bahasa Indonesia Masa Kini.  Ayub adalah seorang manusia biasa seperti kita (Yakobus 5:17).

            Selanjutnya, bilamana kita membaca buku Yehezkiel 14, dalam pasal ini disebut nama Ayub sebagai berikut: biarpun di tengah-tengahnya berada ketiga orang ini, yaitu Nuh, Daniel dan Ayub, mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH. . . .  dan biarpun Nuh, Daniel dan Ayub berada di tengah-tengahnya, demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, mereka tidak akan menyelamatkan baik anak laki-laki maupun anak perempuan, melainkan mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka (Ayat 14,20).  Nabi Yehezkiel dalam tulisannya ingin menegaskan BAHWA KESELAMATAN BERLANGSUNG SECARA PERORANGAN YANG DIDASARKAN ATAS IMANNYA (Baca Yehezkiel 18).  Atas dasar realita ini, Ayub adalah manusia historis realistis yang pernah hidup di planet Bumi ini, tepatnya di Timur Tengah.  Ia dapat dikelompokkan sebagai orang Babilon kuno sama seperti Abraham yang lahir di Ur-Kasdim (Kejadian 15:7).  Alkitab menyatakan melalui Musa bahwa percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran (Kej 15:6).  Filsafat inilah yang dikutip Habakuk di pasal 2, dan Paulus di Roma, Galatia, Efesus, dan Ibrani—BAHWA ORANG BENAR AKAN HIDUP OLEH IMANNYA.  AYUB DIUBAHKAN MENJADI SEPERTI KRISTUS MELALUI IMAN YANG BEKERJA OLEH KASIH—DENGAN TUNTUNAN ROH ALLAH.

                Hal yang sama dapat kita sebut tentang Ayub seperti Abram bahwa AYUB PUN PERCAYA KEPADA SANG PENCIPTA DAN TELAH MENJADI BUDAYA HIDUPNYA OLEH TUNTUNAN ROH KUDUS SEHINGGA BERDASARKAN REALITA INILAH SANG PENCIPTA MENILAI BUDAYA HIDUP AYUB SEBAGAI ORANG BENAR YANG HIDUP BERDASARKAN IMANNYA.  Itulah sebabnya Musa menuliskannya di Ayub 1:1 BAHWA AYUB ADALAH ORANG SALEH, ORANG TULUS DAN ORANG YANG BERTAKWA KEPADA SANG PENCIPTA.  Hal-hal seperti inilah yang patut kit baca melalui kitab Ayub, khususnya pernyataan Sang Pencipta melalui Musa dalam kitab Ayub yang berdasarkan garis besar di pendahuluan pelajaran 6 ini diberi nomor 1—Lihat Ayub 3, 6-7, 9-10, 12-14, 16-17, 19, 21, 23-24, 26-31.

 

Itulah sebabnya, nada Ayub 1-2 sama dengan Ayub 42 yang menampilkan budaya Surgawi kehidupan Ayub dan keluarganya.  Beginilah Musa menyatakan melalui ilham Surgawi:

 

Ayub 42:1 Maka jawab Ayub kepada TUHAN: 42:2 "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. 42:3 Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan? Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui.  42:4 Firman-Mu: Dengarlah, maka Akulah yang akan berfirman; Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku.  42:5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.  42:6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."  42:7 Setelah TUHAN mengucapkan firman itu kepada Ayub, maka firman TUHAN kepada Elifas, orang Téman: "Murka-Ku menyala terhadap engkau dan terhadap kedua sahabatmu, karena kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub.  42:8 Oleh sebab itu, ambillah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada hamba-Ku Ayub, lalu persembahkanlah semuanya itu sebagai korban bakaran untuk dirimu, dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu, karena hanya permintaannyalah yang akan Kuterima, supaya Aku tidak melakukan aniaya terhadap kamu, sebab kamu tidak berkata benar tentang Aku seperti hamba-Ku Ayub."  42:9 Maka pergilah Elifas, orang Téman, Bildad, orang Suah, dan Zofar, orang Naama, lalu mereka melakukan seperti apa yang difirmankan TUHAN kepada mereka. Dan TUHAN menerima permintaan Ayub.  42:10 Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.  42:11 Kemudian datanglah kepadanya semua saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan bersama-sama dengan dia di rumahnya. Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya, dan mereka masing-masing memberi dia uang satu kesita dan sebuah cincin emas.  42:12 TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih daripada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina.  42:13 Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan; 42:14 dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh.  42:15 Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya laki-laki.  42:16 Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya; ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya sampai keturunan yang keempat.  42:17 Maka matilah Ayub, tua dan lanjut umur.

 

Berdasarkan pemahaman inilah, kita patut membaca kata-kata Ayub yang Musa nyatakan dalam kitab Ayub.  Misalnya saja:  BACALAH AYUB 3 yang bunyinya sebagai berikut:

 

3:1 Sesudah itu Ayub membuka mulutnya dan mengutuki hari kelahirannya. 3:2 Maka berbicaralah Ayub: 3:3 "Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku dan malam yang mengatakan: Seorang anak laki-laki telah ada dalam kandungan. 3:4 Biarlah hari itu menjadi kegelapan, janganlah kiranya Allah yang di atas menghiraukannya, dan janganlah cahaya terang menyinarinya.  3:5 Biarlah kegelapan dan kekelaman menuntut hari itu, awan-gemawan menudunginya, dan gerhana matahari mengejutkannya. 3:6 Malam itu -- biarlah dia dicekam oleh kegelapan; janganlah ia bersukaria pada hari-hari dalam setahun; janganlah ia termasuk bilangan bulan-bulan. 3:7 Ya, biarlah pada malam itu tidak ada yang melahirkan, dan tidak terdengar suara kegirangan.  3:8 Biarlah ia disumpahi oleh para pengutuk hari, oleh mereka yang pandai membangkitkan marah Lewiatan. 3:9 Biarlah bintang-bintang senja menjadi gelap; biarlah ia menantikan terang yang tak kunjung datang, janganlah ia melihat merekahnya fajar, 3:10 karena tidak ditutupnya pintu kandungan ibuku, dan tidak disembunyikannya kesusahan dari mataku. 3:11 Mengapa aku tidak mati waktu aku lahir, atau binasa waktu aku keluar dari kandungan?  3:12 Mengapa pangkuan menerima aku; mengapa ada buah dada, sehingga aku dapat menyusu? 3:13 Jikalau tidak, aku sekarang berbaring dan tenang; aku tertidur dan mendapat istirahat 3:14 bersama-sama raja-raja dan penasihat-penasihat di bumi, yang mendirikan kembali reruntuhan bagi dirinya, 3:15 atau bersama-sama pembesar-pembesar yang mempunyai emas, yang memenuhi rumahnya dengan perak.  3:16 Atau mengapa aku tidak seperti anak gugur yang disembunyikan, seperti bayi yang tidak melihat terang?  3:17 Di sanalah orang fasik berhenti menimbulkan huru-hara, di sanalah mereka yang kehabisan tenaga mendapat istirahat.  3:18 Dan para tawanan bersama-sama menjadi tenang, mereka tidak lagi mendengar suara pengerah. 3:19 Di sana orang kecil dan orang besar sama, dan budak bebas dari pada tuannya. 3:20 Mengapa terang diberikan kepada yang bersusah-susah, dan hidup kepada yang pedih hati; 3:21 yang menantikan maut, yang tak kunjung tiba, yang mengejarnya lebih daripada menggali harta terpendam; 3:22 yang bersukaria dan bersorak-sorai dan senang, bila mereka menemukan kubur; 3:23 kepada orang laki-laki yang jalannya tersembunyi, yang dikepung Allah?  3:24 Karena ganti rotiku adalah keluh kesahku, dan keluhanku tercurah seperti air.  3:25 Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku.  3:26 Aku tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul."

 

Coba perhatikan ungkapan-ungkapan yang dicetak di Ayub 3 ini yang bertulisan bold, bukankah nadanya negatif?  Apakah hal ini menunjukkan bahwa Ayub memiliki budaya hidup BERDOSA?  TENTUNYA TIDAK DEMIKIAN KESIMPULANNYA.  Ayub adalah seorang manusia biasa seperti kita yang di dunia yang penuh dengan penderitaan dan waktu dia lahir AYUB PASTI MENANGIS.  Apa yang Musa tuliskan tentang Ayub di kitab Ayub ini HANYALAH REALITA HIDUP DI KOLONG LANGIT DI MANA YANG NAMANYA PENDERITAAN DAN KESUSAHAN ADALAH SESUATU YANG BIASA dan bukan luar biasa.  Inilah yang sudah dinyatakan di Kejadian 3 sebagai akibat dari masuknya dosa di planet bumi ini.  Ayub hidup sebagai seorang yang REALISTIS DAN BUKAN IDEALIS, AYUB MENYADARI BAHWA BUMI INI BUKANLAH SURGA SEBAGAIMANA YANG DIRINDUKAN OLEH MANUSIA.

 

Apa yang terjadi dalam budaya hidup Ayub sangat mirip dengan pernyataan Rasul Paulus di Roma 7 yang bunyinya sebagai berikut:

 

7:1 Apakah kamu tidak tahu, saudara-saudara, -- sebab aku berbicara kepada mereka yang mengetahui hukum—dalam arti aturan kehidupan -- bahwa hukum berkuasa atas seseorang selama orang itu hidup?  7:2 Contoh nyata dalam kehidupan rumah tangga—hubungan suami istri--Sebab seorang isteri terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu.  7:3 Jadi selama suaminya hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain.—Inilah yang Yesus Kristus arahkan di Matius 19.  7:4 Sebab itu, saudara-saudaraku, kamu juga telah mati bagi penalti hukum Taurat oleh tubuh Kristus, supaya kamu menjadi milik orang lain, yaitu milik Dia, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati menjadi manusia baru, agar kita berbuah bagi Allah—menghidupkan BUDAYA HIDUP SURGAWI--KASIH.  7:5 Sebab waktu kita masih hidup di dalam daging—sifat alami manusia yang suka berdosa, misalnya, hawa nafsu dosa, yang dirangsang oleh penalty hukum Taurat, bekerja dalam anggota-anggota tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut yaitu upah dosa—Roma 6:23.  7:6 Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari penalty hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru menurut Roh dan bukan dalam keadaan lama menurut huruf hukum Taurat—secara formalitas menurut budaya tradisi manusia—duniawi/nerakawi.  7:7 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: "Hendaklah kamu tidak suka mengingini!"  7:8 Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati—dalam arti tidak berfungsi apa-apa.  7:9 Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, 7:10 sebaliknya aku mati. Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian.  7:11 Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku. 7:12 Yang tepat berdasarkan realita bahwa hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik.  7:13 Jika demikian, adakah yang baik itu menjadi kematian bagiku? Sekali-kali tidak! Tetapi supaya nyata, bahwa ia adalah dosa, maka dosa mempergunakan yang baik untuk mendatangkan kematian bagiku, supaya oleh perintah itu dosa lebih nyata lagi keadaannya sebagai dosa.  7:14 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.  7:15 Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat.  7:16 Jadi jika aku perbuat apa yang tidak aku kehendaki, aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik.  7:17 Kalau demikian bukan aku lagi yang memperbuatnya, tetapi dosa yang ada di dalam aku.  7:18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.  7:19 Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.  7:20 Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.  7:21 Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.  7:22 Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, 7:23 tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.  7:24 Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?  7:25 Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.  7:26 Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.

 

BERDASARKAN PENGERTIAN INILAH, PAULUS MELANJUTKAN DI ROMA 8 sebagai berikut: 

 

8:1 Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.  8:2 Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.  8:3 Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, 8:4 supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.  8:5 Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. 8:6 Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.  8:7 Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.  8:8 Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.  8:9 Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.  8:10 Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.  8:11 Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.  8:12 Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.  8:13 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.  8:14 Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.  8:15 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!"  8:16 Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.  8:17 Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.  8:18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. 8:19 Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan.  8:20 Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya,  8:21 tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah  8:22 Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.  8:23 Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.  8:24 Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?  8:25 Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.  8:26 Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.  8:27 Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.  8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.  8:29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.  8:30 Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.  8:31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?  8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?  8:33 Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?  8:34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?  8:35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?  8:36 Seperti ada tertulis: "Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan."  8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.  8:38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, 8:39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

 

Penutup--Kesimpulan

 

Marilah kita menyimak seluruh budaya hidup Ayub yang Musa nyatakan di Ayub 6-7, 9-10, 12-14, 16-17, 19, 21, 23-24, 26-31.  Konsep itu akan kita sejajarkan dengan Dasar Kepercayaan Alkitabiah.  Beginilah penampilannya:

 

Mari kita lihat bagaimana keyakinan Ayub tentang kekuasaan Sang Pencipta.  Dalam Ayub 6:8, ia berkata: Ah, kiranya terkabul permintaanku dan Allah memberi apa yang kuharapkan!  Berdasarkan ayat 10 Ayub menyatakan keyakinannya:  aku tidak pernah menyangkal firman Yang Mahakudus.  Sebagai perbadingan tentang keadaan dirinya yang tak berdaya di ayat 11-14, Ayub berseru: Apakah kekuatanku, sehingga aku sanggup bertahan, dan apakah masa depanku, sehingga aku harus bersabar?  Apakah kekuatanku seperti kekuatan batu? Apakah tubuhku dari tembaga?  Bukankah tidak ada lagi pertolongan bagiku, dan keselamatan jauh dari padaku?  Siapa menahan kasih sayang terhadap sesamanya, melalaikan takut akan Yang Mahakuasa.  Itulah sebabnya berdasarkan realita hidup di Bumi yang sudah dikuasai dosa, Ayub berkata:  "Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan? . . . Ingatlah, bahwa hidupku hanya hembusan nafas; mataku tidak akan lagi melihat yang baik. . . .  hari-hariku hanya seperti hembusan nafas saja.” (7:1,7,16).

Selanjutnya, dalam Ayub 9:2, 4, 15, Ayub berseru:  Sungguh, aku tahu, bahwa demikianlah halnya, masakan manusia benar di hadapan Allah?  Allah itu bijak dan kuat, siapakah dapat berkeras melawan Dia, dan tetap selamat?  Walaupun aku benar, aku tidak mungkin membantah Dia, malah aku harus memohon belas kasihan kepada yang mendakwa aku.  Ayub pun menyadari tentang Sang Pencipta Yang Mahakuasa, sehingga ia berkata di Ayub 9:32, 35 sebagai berikut: Karena Dia [Sang Pencipta]  bukanlah manusia seperti aku, sehingga aku dapat menjawab-Nya: Mari bersama-sama menghadap pengadilan. . . .  maka aku akan berbicara tanpa rasa takut terhadap Dia, karena aku tidak menyadari kesalahanku.   Kemudian, di Ayub 10:8, 12, Musa menulis dengan ilham Surgawi: Tangan-Mulah yang membentuk dan membuat aku, tetapi kemudian Engkau berpaling dan hendak membinasakan aku?   Hidup dan kasih setia Kaukaruniakan kepadaku, dan pemeliharaan-Mu nyawaku.

Seterusnya di Ayub 12:7-13, Ayub menyadari bahwa HIKMAT SEJATI HANYALAH ADA DALAM DIRI SANG PENCIPTA.  Ayub bertutur sebagai berikut:  Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan.  Atau bertuturlah kepada bumi, maka engkau akan diberinya pengajaran, bahkan ikan di laut akan bercerita kepadamu.  Siapa di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang melakukan itu; bahwa di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia?  Bukankah telinga menguji kata-kata, seperti langit-langit mencecap makanan?   Konon hikmat ada pada orang yang tua, dan pengertian pada orang yang lanjut umurnya.  Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian.  Konsep seperti ini juga dinyatakannya lebih luas di Ayub 26-28, di mana Ayub menyatakan bahwa ALLAH ADALAH SUMBER HIKMAT.

 

Musa mencatat kata-kata Ayub yang nadanya berhubungan erat dengan akibat dosa yaitu kematian.  Ayub 14:1-4 menyatakan bahwa Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan. Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang-bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan.  Masakan Engkau menujukan pandangan-Mu kepada orang seperti itu, dan menghadapkan kepada-Mu untuk diadili?   Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari yang najis? Seorang pun tidak!  Kemudian di Ayub 30-31 Musa juga mencatat tentang realita Bumi yang penuh dengan kesengsaraan sebagai akibat dari dosa.

 

Berbicara tentang Sang Pencipta sebagai Saksi dan Hakim yang Adil, Ayub berkata dalam Ayub 16:19-21; 17:3; 19:25 sebagai berikut:  Ketahuilah, sekarang pun juga, Saksiku ada di surga, Yang memberi kesaksian bagiku ada di tempat yang tinggi. Sekalipun aku dicemoohkan oleh sahabat-sahabatku, namun ke arah Allah mataku menengadah sambil menangis, supaya Ia memutuskan perkara antara manusia dengan Allah, dan antara manusia dengan sesamanya. . . .  Biarlah Engkau menjadi jaminanku bagi-Mu sendiri! Siapa lagi yang dapat membuat persetujuan bagiku? . . . Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.

Keyakinan Ayub yang memiliki budaya hidup Surgawi sangat jelas dapat diamati karena hubungannya yang akrab dengan Sang Pencipta.  Dalam Ayub 23:10, ia memiliki pendirian teguh sebagai berikut:  Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.  Selanjutnya, melalui Ayub 29, Musa menggubah sebuah karya sastera yang menggambarkan bahwa Ayub benar-benar memiliki kehidupan BUDAYA SURGAWI YANG PRIMA, dengan demikian, AYUB TELAH DIUBAHKAN MENJADI SEPERTI KRISTUS MELALUI IMAN YANG BEKERJA OLEH KASIH.  Marilah kita baca Ayub 29 ini dengan seksama.

 

29:2 "Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam, seperti pada hari-hari, ketika Allah melindungi aku, 29:3 ketika pelita-Nya bersinar di atas kepalaku, dan di bawah terang-Nya aku berjalan dalam gelap; 29:4 seperti ketika aku mengalami masa remajaku, ketika Allah bergaul karib dengan aku di dalam kemahku; 29:5 ketika Yang Mahakuasa masih beserta aku, dan anak-anakku ada di sekelilingku; 29:6 ketika langkah-langkahku bermandikan dadih, dan gunung batu mengalirkan sungai minyak di dekatku. 29:7 Apabila aku keluar ke pintu gerbang kota, dan menyediakan tempat dudukku di tengah-tengah lapangan, 29:8 maka ketika aku kelihatan, mundurlah orang-orang muda dan bangkitlah orang-orang yang sudah lanjut umurnya, lalu tinggal berdiri; 29:9 para pembesar berhenti bicara, dan menutup mulut mereka dengan tangan; 29:10 suara para pemuka membisu, dan lidah mereka melekat pada langit-langitnya; 29:11 apabila telinga mendengar tentang aku, maka aku disebut berbahagia; dan apabila mata melihat, maka aku dipuji. 29:12 Karena aku menyelamatkan orang sengsara yang berteriak minta tolong, juga anak piatu yang tidak ada penolongnya; 29:13 aku mendapat ucapan berkat dari orang yang nyaris binasa, dan hati seorang janda kubuat bersukaria; 29:14 aku berpakaian kebenaran dan keadilan menutupi aku seperti jubah dan serban; 29:15 aku menjadi mata bagi orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh; 29:16 aku menjadi bapa bagi orang miskin, dan perkara orang yang tidak kukenal, kuselidiki. 29:17 Geraham orang curang kuremuk, dan merebut mangsanya dari giginya.

29:18 Pikirku: Bersama-sama dengan sarangku aku akan binasa, dan memperbanyak hari-hariku seperti burung feniks. 29:19 Akarku mencapai air, dan embun bermalam di atas ranting-rantingku. 29:20 Kemuliaanku selalu baru padaku, dan busurku kuat kembali di tanganku. 29:21 Kepadakulah orang mendengar sambil menanti, dengan diam mereka mendengarkan nasihatku. 29:22 Sehabis bicaraku tiada seorang pun angkat bicara lagi, dan perkataanku menetes ke atas mereka. 29:23 Orang menantikan aku seperti menantikan hujan, dan menadahkan mulutnya seperti menadah hujan pada akhir musim.  29:24 Aku tersenyum kepada mereka, ketika mereka putus asa, dan seri mukaku tidak dapat disuramkan mereka.  29:25 Aku menentukan jalan mereka dan duduk sebagai pemimpin; aku bersemayam seperti raja di tengah-tengah rakyat, seperti seorang yang menghibur mereka yang berkabung."

 

Oleh sebab itu, sebagai kesimpulan Alkitabiah berdasarkan realita ini, maka semua yang terjadi di kitab Ayub ini adalah pengalaman IMAN Ayub selama hayat di kandung badan di planet Bumi yang sedang dikuasai dosa, sebagaimana yang Paulus nyatakan di Efesus 6 tentang PEPERANGAN IMAN (THE FIGHT OF FAITH).  Dengan demikian, cara membaca Ayub 1-2, khususnya Ayub 1:6 adalah sebagai berikut:  Pada suatu hari di lingkungan budaya hidup manusia yang hidup dalam suasana kesengsaraan datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN yang artinya bahwa ada sekelompok umat manusia yang disebut sebagai umat yang sisa dalam arti setia yang selalu menghidupkan budaya Surgawi melalui ibadah sejati di mana saja, kapan saja dan kepada siapa saja selagi hayat di kandung badan dan di antara mereka datanglah juga Iblis yang berdasarkan realita hidup memiliki pengertian sebagai berikut:  kapan saja dan di mana saja umat Allah setia beribadah maka Iblis atau Setan selalu hadir di situ untuk menggoda sama seperti dia menggoda Adam dan Hawa di Kejadian 3.  Apa yang terjadi di kitab Ayub ini BUKANLAH TERJADI DI SURGA SEPERTI YANG BIASA DICERITAKAN OLEH BANYAK PEMBICARA, KARENA SETAN SUDAH KELUAR DARI TEMPAT ITU LAMA SEBELUM BUMI DICIPTAKAN.  INILAH YANG DINYATAKAN DI KEJADIAN 1:2 bahwa sebelum Bumi serta lingkungannya Sang Pencipta ciptakan, maka Setan sudah berdosa di alam semesta ini.  Inilah yang diceritakan di Yesaya 14, Yehezkiel 28 dan juga Wahyu 12. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar