Laman

Sabtu, 06 Oktober 2018

GEREJA  MASEHI  ADVENT HARI KETUJUH ADALAH GEREJA PENYEMBUHAN

KHUSUS KALANGAN SENDIRI

Oleh 

Ellen G. White

Sejak permulaan perkembangan Sejarah Gereja Masehi Advent hari Ketujuh maka  Ellen G. White sudah  sangat aktif didalam  perkembangan doktrin dan organisasi pergerakan Advent.  Sebagai seorang penasihat berilham dia memainkan peran kunci didalam perkembangan pemahaman orang Advent akan doktrin Gereja.  Dia  dengan jelas sekali percaya bahwa Gereja MAHK adalah  Gereja Allah  pada akhir zaman ini dan dia menunjukkan  kepedulian  dalam perkembangan, organisasi, dan kesatuannya. 
            Tidak ada keraguan  didalam pikiran Ellen G. White mengenai keberadaan dan kenyataan Gereja Allah.  Dia menuliskan “Tuhan, mempunyai suatu umat pilihan, GerejaNya, menjadi milikNya, bentengNya sendiri,  yang Dia pertahankan  didalam dunia yang sudah dilanda pemberontakan dan dosa.” (TM  16).  Lebih jauh dia memperhatikan bahwa Dia “mempunyai umat yang berbeda, suatu gereja diatas bumi, tidak ada taranya, dan superior dari semua didalam fasilitas mereka untuk mengajarkan kebenaran, mempertahankan Hukum Allah. Allah mempunyai agen yang sudah ditunjukNya—manusia yang dipimpinNya, mereka yang telah bertahan dari tantangan dan beban setiap hari, mereka yang bekerja sama dengan alat-alat sorgawi untuk memajukan kerajaan Kristus di dunia kita.” (TM  58).
            Gereja adalah “saluran terang,” dan melalui itu Dia mengkomunikasikan maksud dan kehendakNya” (AA  163). “Tidak ada sesuatu di dalam dunia ini yang sangat disayang oleh Allah seperti GerejaNya” (2 SM  397), yang sesudah kenaikan Yesus Kristus akan menjadi wakilNya diatas dunia.”  (DA  291).


A.  Gereja : Di bumi dan di Sorga

            “Sejak permulaan, jiwa-jiwa yang setia sudah berada didalam gereja di atas bumi. Di dalam setiap abad Tuhan mempunyai para penjagaNya,  yang sudah membawa kesaksian yang setia kepada generasi dimana mereka hidup. . . Allah membawa saksi ini ke dalam hubungan kavenen dengan Dia sendiri, menggabungkan gereja diatas dunia dengan gereja di sorga.  Dia sudah mengirimkan malaikatNya untuk melayani gerejaNya, dan gerbang  maut tidak sanggup menang melawan  umatNya.”  AA 11.
            “Gereja Allah di bumi ini adalah satu dengan Gereja Allah di sorga. Orang percaya di atas bumi dan makhluk di sorga yang tidak pernah berdosa termasuk dalam satu Gereja.”  (6 T  366)

B.  Kristus dan Gereja :  Hubungan yang erat.

            Gereja Allah didirikan diatas batu.  “Batu itu adalah Kristus – tubuhNya sendiri, demi kita sudah dipecahkan dan dilukai. Terhadap Gereja yang didirikan diatas batu dasar ini, gerbang neraka tidak akan menang.”  (DA  413).  “Dia adalah kepala, dan gereja adalah tubuh” (Ed   268).  Sebagai “kepala Gereja dan Penebus dari tubuh rahasia” (AH  215; Surat  18b, 1891).  Kristus “memimpin pekerjaanNya melalui  instrumental manusia yang diurapi Allah untuk bertindak sebagai wakilNya.”  (AA  360)
            “Sangat dekat dan suci adalah hubungan diantara Kristus dan gerejaNya – Dia penganten pria, dan gereja penganten perempuan” (Ed.  268).  “Didalam Alkitab  karakter suci  dan bertahan dari hubungan  yang ada diantara Kristus dan gerejaNya diwakilkan oleh persatuan dalam pernikahan.”  (GC  381).

C.  Ada Lalang diantara Gandum.

            Walaupun itu adalah tubuh Kristus, “gereja terdiri dari manusia yang tidak sempurna dan masih bersalah,  yang dipanggil untuk melakukan perbuatan baik dan kesabaran.”  (5 T  104).  “Allah mempunyai gereja,  tapi itu adalah gereja militan, bukan gereja pemenang.  Kita menyesal oleh karena ada anggota yang berkekurangan,  sehingga ada lalang diantara gandum.”  (TM  45)
            “Ada orang yang nampaknya memikirkan bahwa  setelah masuk ke dalam gereja  maka harapan mereka akan dipenuhi, dan hanya akan bertemu dengan mereka yang suci hati dan sempurna.   Mereka adalah sungguh-sungguh didalam iman mereka, dan ketika mereka melihat kesalahan didalam anggota gereja, mereka katakan, “ Kami tinggalkan dunia agar supaya tidak ada hubungan lagi dengan sifat-sifat jahat,  tapi yang jahat ada disini juga;  dan mereka bertanya,  seperti hamba didalam perumpamaan,  “Dari manakah lalang ini?” Tapi kita tidak perlu kecewa, karena Tuhan  tidak memberikan jaminan kepada kita untuk datang kepada kesimpulan bahwa gereja adalah sempurna; dan semua kesungguhan kita  tidak akan berhasil didalam membuat gereja militan sesuci sama dengan gereja pemenang.” (TM  47)
            Namun, “lemah dan berkekurangan  seperti kelihatanya, gereja adalah satu obyek diatas mana Allah akan mencurahkan  dalam arti yang sangat khusus  perhatianNya yang sangat agung.   Itu adalah teater (tempat pertunjukan) dari kasih karuniaNya, dimana Dia sangat rindu  menyatakan kuasaNya untuk mengobahkan hati.” (AA  12).

D.  Agen yang Ditunjuk Allah untuk Keselamatan Orang Berdosa.

Sebagai “tempat penyimpanan dari kekayaan kasih karunia Kristus” (AA  9), gereja adalah  Agen yang ditunjuk Allah untuk keselamatan manusia.  Misinya adalah membawa injil ke dunia ini. Dan  tanggung jawab diberikan kepada semua orang  Kristen.  Semua, disesuaikan  dengan talentanya dan kesempatan, adalah untuk memenuhi  perintah Penebus.  Kasih Kristus, dinyatakan  kepada kita, membuat kita berhutang kepada mereka yang belum mengetahui Dia.  Allah sudah memberikan terang kepada kita, bukan untuk kita sendiri saja, tapi harus dibiaskan kepada mereka.”  (SC   81).
            Sebenarnya, Allah sudah memilih untuk bergantung pada gereja agar dapat memajukan pekerjaan keselamatanNya.  Jadi Dia membaptiskan  gereja dengan  kuasa Roh dan memenuhi itu dengan setiap pemberian kasih karunia yang dibutuhkan untuk menang terhadap setiap hambatan. (6 T  432).  Untuk menyanggupkan gereja mencapai tugas ini “Roh Suci harus turun keatas mereka yang mencintai Kristus.   Dengan ini mereka disanggupkan  didalam dan melalui kemuliaan dari Kepala mereka, menerima setiap pemberian yang dibutuhkan  untuk memenuhi misi mereka.” (ML  47).  Pada zaman rasul-rasul, “gereja menyatakan  roh Kristus dan muncul dengan keindahannya didalam kesederhanaan.  Perhiasannya adalah prinsip suci dan contoh kehidupan dari umatnya.  Banyak orang dimenangkan kepada Kristus, bukan oleh pertunjukan atau pelajaran, tapi oleh kuasa Allah yang menyertai  pengabaran FirmanNya yang sederhana.”  (5 T  166)  (bagaimana metode KKR kita dewasa ini)
            Di dalam suatu gambaran akan keindahan dan kuasa yang sangat langka, di dorong dengan satu dari wahyu kepada Yehezkiel , Ellen G. White menjelaskan  maksud Allah bagi gereja :  Yehez   47:8-12;  AA  13.

E.  Peraturan Injil didalam Gereja mula-mula.

            Di bawah kepemimpinan para Rasul  pekerjaan yang diserahkan kepada Gereja  berkembang dengan cepat sekali.   Maka sangatlah dibutuhkan untuk membagikan tanggung jawab  yang sejauh ini hanya diemban oleh para rasul.  Tujuh pria telah dipilih oleh gereja Yerusalem sudah diasingkan oleh para rasul, “satu langkah yang sangat penting didalam menyempurnakan  peraturan Injil di dalam Gereja,” demikian Ellen G. White menerangkan  (ibid.  88,89).  Tidak lama sesudah itu, “sebagai faktor penting didalam pertumbuhan kerohanian dari petobat baru, para rasul dengan seksama mengelilingi mereka dengan pelindung peraturan Injil.   Gereja-gereja di organiser di semua tempat di Lycaonia dan Pisidia dimana ada orang percaya.  Para pemimpin ditunjuk didalam setiap gereja, dan peraturan dan sistim yang tepat  dibuat untuk menangani semua permasalahan yang ada kaitan kepada kesejahteraan  orang percaya.  Ini adalah serasi dengan rencana Injil untuk menggabungkan dalam satu tubuh semua orang percaya dalam Kristus, dan rencana ini yang diikuti oleh Paulus dengan cermat dan seksama sepanjang pekerjaan pelayanannya. (ibid  185)
            Jadi “organisasi gereja  lebih jauh disempurnakan,” demikian  pengarang kita terangkan, “agar supaya peraturan dan tindakan yang serasi  dapat dipertahankan.”  (ibid,  91,92).  “Dan sekarang,” dia menuliskan, “pada akhir zaman ini, sementara Allah sedang membawa anak-anakNya ke dalam kesatuan iman,  maka ada suatu kebutuhan yang lebih nyata akan peraturan daripada sebelumnya; karena sementara Allah menyatukan anak-anakNya. Setan dan malaikatnya yang jahat sangat sibuk sekali untuk mencegah  kesatuan ini dan merusaknya.” (EW  97

F.  Beberapa bentuk Organisasi Nampaknya sangatlah dibutuhkan.

            Di dalam satu pasal lanjutan yang ditulis setelah kurang lebih 40 tahun perkembangan organisasi (TM  40). Ellen White  merefleksikan pada berbagai pengalaman yang dia anggap  sangat terkait erat sekali  kepada bertumbuhnya pekerjaan Advent.  Kesukaran  harus dihadapi dan kesalahan harus diperbaiki :  “Jumlah kita baru sedikit. . . . Domba-domba berserakan di jalan, di kota, dan di hutan” (Ibid.  24).  Hanya ada beberapa orang yang cerdas dan berdedikasi menggunakan waktu mereka berjam lamanya  mempelajari Alkitab untuk menemukan kebenaran dan berdoa “agar supaya kita boleh menjadi satu didalam  iman dan doktrin;  karena kita tahu bahwa Kristus itu tidak terbagi-bagi” (Ibid).  Ketika jumlah anggota bertambah “sudah menjadi kenyataan bahwa tanpa ada suatu bentuk organisasi  maka akan terjadi kekacauan besar, dan pekerjaan  tidak akan dilanjutkan dengan berhasil. Untuk menyediakan bantuan pelayanan,  untuk menjalankan pekerjaan di ladang baru, untuk melindungi baik Gereja dan pelayanan dari anggota yang tidak layak, untuk menangani harta gereja, untuk pencetakan  kebenaran melalui percetakan, dan untuk banyak obyek lainnya, organisasi adalah sangat penting sekali. “ (Ibid  26).

            Meskipun perlawanan sangat kuat sekali dan harus dihadapi berulang-ulang, maka keyakinan yang bertahan bahwa  “organisasi adalah penting” (ibid) “dan tanda kemakmuran menandai pergerakan lanjutan ini” (Ibid   27).  “Allah sudah memberkati  usaha kita yang disatukan” dan “biji sesawi sudah bertumbuh  menjadi pohon yang besar,”  dia menyimpulkan. (ibid).
            Ada suatu paksaan untuk menghindar kekacauan dan melihat “pekerjaan. . . . di jalankan dengan sangat berhasil sekali.” Dengan kata lain  kepedulian teologi mendasar, contoh,  kebutuhan untuk  mengabarkan Injil Yesus Kristus  ke seluruh dunia sebelum kedatangan Yesus menuntun bahwa pertimbangan harus diberikan kepada bentuk pemerintah Gereja.
            Organisasi Gereja apa saja haruslah serasi dengan kesaksian Alkitab. Mengingat kembali akan pengalaman dari orang percaya Kristen mula-mula, Ellen G. White memberikan komentar  :
            “Organisasi gereja di Yerusalem adalah akan menjadi  model untuk organisasi gereja-gereja  di setiap tempat lain dimana jurukabar kebenaran harus memenangkan manusia ke dalam Injil.  Kepada mereka yang diberikan  tanggung jawab  sebagai pengawas umum dari gereja  tidaklah akan menjadi tuan  untuk itu melampai akan warisan Allah, tapi sebagai gembala yang bijaksana, adalah untuk memberi makan domba-domba  (1 Pet  5:2,3); dan para diakon harus manusia yang tidak bercela, penuh Roh Suci dan kebijaksaan.  Orang itu  harus mengambil kedudukan mereka bersama  berpihak pada yang benar dan mempertahankan itu dengan keteguhan dan keputusan.   Jadi mereka akan mempunyai pengaruh bersatu diatas seluruh kawanan domba.”  (AA  91).

G.  Kebutuhan untuk Tindakan Terpadu.

            Ada yang menggaris bawahi bahaya yang terkandung didalam usaha ini untuk “membuat peraturan” dan  bermaksud untuk memilih cara mereka yang mandiri.  Mereka mempercayai bahwa peraturan dan disiplin adalah musuh kepada kerohanian”  bahwa semua usaha dibuat untuk membuat peraturan  adalah. . .  batasan kepada hak kemerdekaan,”  “ditakuti akan menjadi seperti sistim Kepausan.”  (1 T 650)
            Kepada mereka Ellen G. White memberikan jawaban bahwa “ Allah sudah membuat gerejaNya di atas bumi sebagai saluran terang, dan melalui gereja Dia mengkomunikasikan maksud dan kehendakNya. Dia tidak memberikan kepada satu dari hambaNya suatu pengalaman tersendiri  dan berlawanan kepada pengalaman gereja itu sendiri.  Demikian juga Dia tidak memberikan kepada satu orang pengetahuan akan kehendakNya untuk seluruh gereja,  sementara Gereja—tubuh Kristus—dibiarkan didalam kegelapan.”( GW  443)
(khusus bagi mereka yang mengakui mempunyai terang khusus kepada gereja akhir zaman)
Dia percaya, hal ini adalah benar  kepada setiap orang percaya, dan digunakan sampai kepada para rasul dan nabi sebagaimana yang menjadi kenyataan  didalam kasus Paulus.  Walaupun Kristus sudah memilih melayakkan rasul untuk tugas yang paling penting dan pada perjalanan ke Damaskus,  sudah membawakan dia kepada  hadiratNya, Dia tidak mengajar Paulus akan pelajaran kebenaran.  “Kristus menyatakan diriNya kepada Paulus,” dia tuliskan, dan kemudian menempatkan dia dalam komunikasi dengan gereja, yang menjadi terang dunia.  Mereka harus mengajar orator yang terdidik, sangat populer, didalam Agama Kristen.” (3 T  433). Oleh mengarahkan  Saul dari Tarsis ke gereja, Kristus mengakui “kuasa yang Dia sudah berikan kepada gereja sebagai saluran terang ke pada dunia.”  (ibid)

H.  Pelajaran dari Pertemuan di Yerusalem

            Beberapa tahun kemudian, ketika orang percaya latar belakang Yahudi memperkenalkan Sunat kepada gereja di Antiokia : “Paulus tahu pikiran Roh Allah sehubungan dengan ajaran itu.” (AA  200).  “Dia sudah diajar oleh Allah mengenai memaksakan beban yang tidak perlu  keatas orang Kristen latar belakang Kapir.” (Ibid).  Untuk menemukan kehendak Allah,  apakah dia perlu menghadiri pertemuan di Yerusalem untuk menangani permasalahan ini ?  “Meskipun faktanya  bahwa Paulus secara pribadi  diajar oleh Allah, dia tidak mempunyai gagasan yang dipaksakan mengenai tanggung jawab pribadi. Sementara melihat kepada Allah untuk  tuntunan langsung, dia selalu sedia untuk megnenal akan wewenang yang diberikan kepaa  tubuh orang percaya bersatu didalam persekutuan Gereja” (Ibid).  Disinilah suatu pandangan yang  menarik kepada pengertian rasul –gereja pertama- akan pentingnya  tindakan terpadu didalam pelayanan  Allah.
            Sama pentingnya adalah komentar Ellen White  bahwa kesimpulan yang dicapai  pada pertemuan di Yerusalem dikirimkan “untuk mengakhiri  semua pertentangan;  karena tu adalah suara dari kewenangan tertinggi diatas dunia.” (AA  196)  Demikian juga, kepada Ellen G. White “di tunjukkan bahwa tidak ada pertimbangan haruslah diserahkan kepada pertimbangan  dari siapa saja.  Tapi apabila pertimbangan General Conference (rapat), yang menjadi kewenangan tertinggi yang Allah miliki diatas dunia,  digunakan maka kemandirian pribadi dan pertimbangan pribadi janganlah dipertahankan, tapi harus diserahkan” (ditinggalkan)   (3 T  492

I.          Awaslah terhadap Roh Suka Menguasai

            Sementara mengemukakan bahwa Gereja “bergerak secara bijaksana,  pantas, serasi dengan pertimbangan  para penasihat yang takut akan Tuhan” (9 T  257).  Ellen White mempertimbangkan bahwa   “kekuatan sewenang-wenang yang sudah dikembangkan” oleh beberapa orang, “sepertinya kedudukan sudah membuat manusia menjadi dewa,” haruslah menyebabkan ketakutan  diantara umat Allah (TM  361)  Dia berpendapat apabila pemimpin sudah menjadi mangsa kepada “Roh menguasai,”  “merasa bahwa dia sudah diberikan kekuasaan untuk membuat kehendaknya menjadi kuasa memerintah, cara yang terbaik dan teraman  adalah mengganti dia, nantinya kerusakan besar akan dilakukan” (Ibid  362).  “Mereka yang mempunyai kewenangan,”  Ellen G. White menerangkan, “haruslah menyatakan roh Kristus. . . .Mereka harus pergi dipenuhi oleh Roh Suci.  Posisi manusia tidak membuat dia satu titik lebih besar didalam pandangan Tuhan; hanyalah tabiat yang Allah nilai.”(Ibid)  Ellen sangat pasti  “Tuhan akan mengangkat para pekerja yang menyadari kehampaan mereka tanpa  pertolongan khusus dari Allah.” (Ibid  361)

J.  Gereja Allah pada akhir zaman.

            Didalam pasal yang menerangkan perbedaan antara gereja yang sisa dengan Babilon, Ellen G. White menulis :  “Allah mempunyai gereja diatas bumi yang mengangkat  hukum yang sudah dipijak-pijak,  dan mempersembahkan kepada dunia  Anak Domba Allah yang mengakut dosa isi dunia.” (Ibid  50).  Sementara menjelaskan gereja sebagai “berdiri di dalam pelanggaran, sedang memperbaiki pagar, membangun akan tempat yang sudah dibiarkan (Ibid),  dia mengingatkan para pembacanya bahwa  “Allah sudah memanggil gerejaNya pada dewasa ini, seperti Dia memanggil orang Israel purba, untuk berdiri sebagai terang di dalam dunia.  Oleh golok kebenaran yang kuat, pekabaran  malaikat yang pertama, kedua dan ketiga (Wah.  14:6-12), Dia sudah memisahkan mereka dari gereja-gereja dan dari dunia untuk membawa mereka  ke dalam kedekatan yang suci kepada diriNya. Dia sudah membuat mereka  gudang HukumNya, dan sudah memberikan kepada mereka kebenaran besar Nubuatan untuk zaman ini. Seperti  hukum yang suci diserahkan kepada orang Israel purba,  ini adalah kepercayaan yang suci  dikomunikasikan kepada  dunia . . . Tidak ada yang harus diizinkan untuk menghambat pekerjaan ini.  Itu adalah pekerjaan yang terpenting untuk zaman ini;  itu akan jauh jangkauannya seperti kekekalan.” (5 T 455, 456)
            Didalam pekabarannya yang kedua kepada Rapat General Conference tahun  1913, Ellen White sampaikan kepada sesama anggota Gereja MAHK bahwa  “pekerjaan yang terbentang dihadapan kita. . . . akan diberikan  kepada jangkauan setiap kuasa umat manusia.   Itu akan memintakan  penggunaan iman yang kuat dan kesiagaan terus menerus. . . .  Kebesaran tugas ini akan mengerikan bagi kita.  Namun dengan pertolongan Allah, hambanya akhirnya akan mendapatkan kemenangan” (GCB May  27,  1913,  165).

K.  Kemenangan Gereja

            Mengenai kemenangan itu, Ellen White menjelaskan bahwa  “kekuatan yang sama telah membangkitkan Kristus dari kematian akan membangkitkan  GerejaNya, dan memuliakan itu dengan Kristus, sebagai pengantenNya, diatas semua kerajaan, diatas semua kuasa, diatas semua nama yang diberikan, bukan hanya diatas dunia ini, tapi juga di takhta sorgawi, dunia diatas.  Kemenangan dari orang suci akan sangatlah mulia pada pagi kebangkitan.   Kemenangan Setan akan berakhir,  sementara Kristus akan menang didalam kemuliaan dan kehormatan.  Si Pemberi hidup akan memakotai dengan kekekalanan semua yang keluar dari kubur.”     (1 SM  303,306)


Tantangan dalam dunia seperti  :  politik, rasial, kesukuan, etnik,  jenis kelamin, dan pertentangan  agama  sudah merangkak dan menyusup ke dalam Gereja MAHK.  Alasannya  Matius  13:24-30  ada lalang diantara gandum. Tapi standar Gereja haruslah Kasih Allah.  Gal.  3:28 –Dalan hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu didalam Kristus Yesus.”   Apabila orang Kristen kelompok apa saja (suku, budaya, bahasa, ras, dan kebangsaan) bertindak didalam cara tidak Kristiani terhadap kelompok lain, tidak menjadi masalah penyebab apa saja dapat dikemukakan, tindakan demikian adalah tidak sesuai dengan contoh keramahan dari Tuhan kita.  Tapi masalah yang paling pekah dari semuanya adalah  :  DIRIKITA SENDIRI. Kita boleh berbicara mengenai sifat tidak kristiani dalam dunia, atau di kota, atau di gereja kita, dan berupaya menghapus semuanya, tapi nanti ketika kita memusatkan pada diri kita, maka  kita masih tetap tidak mempunyai  pemusatan utama dari Yesus Kristus.  Matius  5:14-16  Kamu adalah terang dunia …
Usulan bagaimana kita dapat mempertahankan kesatuan didalam Gereja MAHK dalam semua tingkatannya :
1.  Hubungan mengasihi adalah bagian penting dalam kebenaran Alkitab dan haruslah dibuat bagian dari kehidupan kita setiap hari, sama seperti kebenaran Alkitab lainnya. (Ef.  2:14-22; Yoh  15:12;   13:35;  17:20-23).

2.  Mengalami dan menjiwai Injil dan secara pribadi berjalan dengan Allah mengobahkan hubungan kita dan memulaikan proses penyembuhan. (Kol  3:10-13); Gal   3:26-29; COL   386)

3.              Hubungan kasih tidak akan menghapuskan  perbedaan dan keanekaragaman didalam Gereja.  Keanekaragaman didalam budaya, temperamen dan pola hidup yang tidak bertentangan dengan kebenaran dasar adalah sesuatu yang positif dan diberikan oleh Allah. Itu memperkaya gereja  dan haruslah menyebabkan pujian kita.  (9 T 197,198).
4.              Hubungan bermasalah, yang ditangani dengan tepat,  membawakan pertumbuhan yang  positif kepada semua pihak.  Dilihat dari sudut pandang ini, hubungan demikian bukanlah menjadi  PERMASALAHAN, tapi menjadi  KESEMPATAN.   (Mat  18:15-17; COL   386)

Gereja Penyembuhan harus merobah wajah Gereja dalam mengatasi atau memulihkan kasih mula-mula dalam Gereja. Kis.  2:41-47
Salah satu penyebab masalah mengapa banyak anggota Gereja tidak lagi ada kerinduan datang ke Gereja oleh karena :
1.      Ada yang berkata “Orang-orang tua yang sama selalu memimpin gereja. Mereka tidak biarkan orang lain terlibat dalam memimpin.   Saya ingin menjadi diakon dll, tapi mereka tidak biarkan orang baru ke dalam kelompok kecil mereka. (namun mereka masih mempunyai kelemahan yang sama dengan anggota lain contohnya, merokok, alkohol, bekerja hari Sabat)
2.      Ada orang berkata, “ketika anda ditimpah masalah, gereja tidak mau menolong anda, mereka akan menendang anda keluar. (masalah keuangan, emosi dan rumah tangga)
3.      “Saya tidak pernah merasa disambut: tidak ada anggota yang menaruh perhatian keada saya. (tindak lanjut, atau digabungkan didalam kelompok kecil).  Hanya program  pemuridan yang mapan dan direncanakan melibatkan semua anggota akan menjadi tameng yang kuat untuk mempertahankan dan mengatasi masalah didalam Gereja kita.

“Bukan pertentangan dari pihak dunia yang paling membahayakan sidang Kristus. Kejahatan yang dipelihara di dalam hati orang percaya akan mengerjakan rencana yang paling merusak, dan dengan pasti akan memperlambat kemajuan pekerjaan Allah. Tidak ada cara yang pasti  dalam melemahkan  kerohanian daripada menyukai  kecemburuan, kecurigaan, mencari-cari kesalahan, dan prasangka jahat.”  KPR   434.

“Didalam jemaat ada pria dan wanita yang lebih memikirkan kehormatan nya dan pendapatnya daripada memikirkan keselamatan orang lain sesama makhluk ciptaan; dan setan memanfaatkan mereka ini untuk menimbulkan kesulitan yang menyerap waktu dan usaha para pendeta dan akibatnya banyak jiwa yang hilang. . ..  5 T  616.


MEMBUKA TABIR KITAB WAHYU



PENDAHULUAN


Keberadaan orang Kristen tentunya tidak lepas dari hubungannya dengan Firman Allah yang telah diakuinya menjadi penuntun kehidupannya.  Sehubungan dengan usaha mempersiapkan anggota Jemaat berpartisipasi secara aktif dalam penginjilan maka pengetahuan akan Firman Allah memegang peranan yang penting dalam persiapan dan penyampaian KEBENARAN ALKITAB.  Melihat kekurangan informasi sehubungan dengan buku DANIEL dan WAHYU,  namun menyadari ketidak sanggupan dan banyak kekurangan tapi di dorong oleh keinginan kuat untuk menumbangkan bantuan sedikit untuk mempersiapkan bahan-bahan ini maka kami memberanikan diri dengan prakarsa ini.  Adapun HAL YANG MENDORONG kami untuk menyediakan keterangan untuk buku DANIEL dan WAHYU adalah :  "Apabila BUKU DANIEL DAN  WAHYU dapat dipahami lebih baik, orang percaya akan mengalami satu Agama yang berbeda seluruhnya.  Mereka akan memandang gerbang sorga yang terbuka.  Hati dan pikiran mereka akan mendapat kesan dari tabiat yang harus dibangun agar dapat mengecap kebahagiaan sebagai upah bagi orang-orang yang berhati suci."  TM 114.
Keterangan-keterangan ini kami sediakan khusus untuk anggota Gereja MAHK  namun kami menyadari bahwa tentunya akan ada sahabat dan kenalan dari Anggota yang ingin meminjam dan membaca informasi  ini tidak dimaksudkan menjadi sebagai satu hinaan kepada kekuasaan Gereja yang akan disebutkan disini.  Pengumpul   bahan ini hanya berusaha untuk memberikan informasi atau pemberian arti yang pernah ada mengenai buku DANIEL DAN WAHYU pada waktu yang lalu.  Dengan demikian kami merasa bahwa maksud kami dalam mengeluarkan komentar buku DANIEL dan WAHYU ini sudah dapat diselami oleh para pembaca yang kebetulan bukan atau belum beragama MASEHI ADVENT HARI KETUJUH tapi yang tentunya ingin mempelajari firman Allah.
Akhir kata marilah kita dengan keterbukaan hati dan dalam kedewasaan rohani berusaha untuk menekuni dan menghayati Pekabaran Firman Allah, karena hanya dengan cara inilah kerohanian kita akan dapat berkembang dengan sebaik-baiknya -- menjadi serupa dengan DIA di dalam Tabiat kita.
  







                                                           B U K U   W A H Y U
1.    NAMA BUKU:
Dokumen Grika yang tertua, bersamaan dengan tulisan para Bapa Gereja sejak dari Irenaeus (130-202 TM), memberi nama untuk buku ini  "Apocalypse of John."  (Wahyu Yohanis)  Ada dokumen lain yang memberi nama Wahyu Yohanis Penginjil dan akhli Theologi.
Tulisan Apokaliptik dalam bahasa Grika (Apokalupsis) adalah "Wahyu" arti sebenarnya adalah "Pengungkapan", dan dalam literatur Agama, khususnya berarti Pengungkapan untuk waktu yang akan datang."  Tulisan Apokaliptik ini adalah menjadi bentuk tulisan literatur yang terkenal diantara orang Yahudi pada periode antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan pada periode Kristen mula-mula.

2.    PENGARANG
Pengarang buku Wahyu berulang-ulang memperkenalkan dirinya dengan nama "Yohanis" (Pasal 1:1,4,9; 21;2; 22:8).  Dari bentuk namanya ini menyatakan bahwa dia adalah orang Yahudi.
Beberapa kenyataan dengan jelas membuktikan bahwa nama Yohanis pengarang ini, bukan nama samaran, seperti yang terdapat di dalam tulisan-tulisan Apokaliptik orang Yahudi dan orang Kristen mula-mula.  Pertama suatu kenyataan bahwa, di dalam memperkenalkan dirinya sebagai Yohanis, pengarang Wahyu tidak berusaha untuk menyatakan bahwa dia memegang jabatan di dalam Gereja.  Beberapa tulisan Apokaliptik orang Yahudi dan Kristen adalah dihubungkan dengan bapa-bapa Ibrani, Nabi-nabi dan para Rasul-Rasul Kristen.  Kalau sekiranya adalah nama samaran, maka diharapkan pengarangnya akan berusaha untuk menyatakan dirinya sebagai seorang Rasul.  Tetapi sebutan yang sederhana oleh pengarang bahwa dia adalah Yohanis, "Saudaramu" (Way. 1:9), contoh sebutan Petrus kepada Paulus dalam (2 Pet 3:13), adalah satu kesaksian bahwa dia memberikan namanya yang sebenarnya.  Rupanya penulis sudah sangat dikenal oleh setiap Gereja-Gereja sehingga namanya saja sudah cukup untuk memperkenalkannya dan memberikan kepercayaan kepada catatan khayal-khayal yang dia sudah lihat
       Lebih jauh, nampaknya bahwa praktek penggunaan nama palsu tidak perlu bila kenyataan Karunia Nubuatan sangat jelas.  Dipihak yang lain, selama periode antara Perjanjian Lama dan Baru, sejauh yang kita ketahui, tidak ada nabi yang dikenal diantara orang Yahudi, penulis keagamaan sering merasa bahwa adalah perlu untuk membubuhkan nama seorang yang dikenal waktu lalu, agar tulisan itu dapat diterima secara umum.  Nampaknya tidak ada nabi yang  benar berbicara untuk Allah sebagaimana Nabi-nabi Perjanjian Lama sudah buat. Tapi dengan datangnya Kekeristenan Karunia Nubuat sekali lagi tumbuh dengan subur. Didalam Gereja Kristen abad I maka kebutuhan untuk menggunakan Nama samaran tidak muncul;  Orang Kristen yakin bahwa Rasul-rasul dan Nabi-nabi berbicara untuk Allah. Tapi waktu kedudukan nubuat diantara orang  Kristen tidak dihormati dan akhirnya  pada abad ke 2, maka penulis dengan nama samarannya untuk nama rasul-rasul mulai muncul lagi. Dengan fakta ini maka adalah satu hal yang masuk diakal untuk mengambil kesimpulan bahwa wahyu, muncul pada abad pertama, bukan dengan nama samaran, tapi adalah hasil dari seorang yang bernama Yohanis.
Siapakah Yohanis ini?  Di dalam Perjanjian Baru ada beberapa orang yang bernama Yohanis. Anak Zabdi salah satu dari 12 murid, ada Yohanis Markus, ada Yohanis keluarga Iman Besar Annas (kis 4:6). Dengan jelas dapat dilihat bahwa pengarang Wahyu bukanlah Yohanis Pembaptis, karena dia mati sebelum Penyaliban Yesus; demikian juga tidak ada kemungkinan bahwa Yohanis saudara Imam besar karena tidak ada bukti tentang dia apakah pernah menjadi Kristen. Demikian juga sangat sedikit kenyataan bahwa Yohanis Markus adalah pengarang buku Wahyu. Bentuk, kata-kata, dan cara pendekatan Injil kedua adalah berbeda dari buku wahyu, dan tidak ada kenyataan bahwa ada seseorang pernah menghubungkan Wahyu ini dengan Yohanis Markus pada zaman Gereja mula-mula
 Dengan proses penyisihan, Yohanis anak Zabdi dan saudara Yakub tertinggal untuk diperhitungkan. Dia bukan hanya salah satu dari 12 murid tapi juga adalah salah satu yang paling dekat dengan Yesus. Hampir seluruh tradisi Kristen mula-mula mengenalnya sebagai Pengarang buku Wahyu. Kenyataannya, setiap penulis Kristen sampai pertengahan abad ke 3, yang tulisannya masih ada sekarang, dan yang menyebutkan masalah ini menghubungkan Wahyu itu dengan Rasul Yohanis.
Kita berikan beberapa kenyataan bahwa ada persamaan antara Wahyu dan Injil Yohanis, yang akan memperkenalkan pengarangnya.

Wahyu                                Yohanis
1).     Air Hidup.  21:6, 22:17                           1). Air Hidup. 4:10, 7:38,
2).     Yang Haus datanglah. 22:17                2).            7:37
3).     Pernyataan mengenai Kristus sebagai Domba hanya didalam Wahyu dan Yohanis (Yoh. 1:29,36: Wah. 5:6 dan 28 kali lagi).
       Sebab itu walaupun ada bukti-bukti yang mereka kemukakan mengenai pengarang buku Wahyu ini bukanlah Yohanis ,murid Yesus, tapi dari pandangan Tradisi menyatakan bahwa pengarang Wahyu adalah Rasul Yohanis dapat diterima dan masuk akal.  (AA 578-584).

3.    LATAR BELAKANG SEJARAH
Ahli-ahli modern sekarang ini mempunyai beberapa pandangan mengenai kapankah  buku Wahyu ini sudah dituliskan, apakah pada waktu pemerintahan Nero (54-68 TM), atau pada waktu Vespasian (69-79 TM).
       Umumnya, ahli-ahli lebih menyetujui bahwa penanggalan Wahyu lebih awal menyatakan bahwa penganiayaan yang dinyatakan didalam surat kepada tujuh Gereja adalah yang diderita oleh orang Kristen dibawah pemerintahan Nero (54f-68 TM) atau ada kemungkinan dibawah pemerintahan Vespasian walaupun tidaklah jelas sampai dimana raja ini menganiaya Gereja-gereja.
Mereka mempercayai bahwa kekacauan dunia yang digambarkan oleh Wahyu menunjukan kepada kesukaran yang melanda kota Roma pada bagian akhir pemerintahan Nero sampai pada bagian pertama pemerintahan Vespasian.  Mereka menartikan bahwa binatang yang menderita luka parah dan disembuhkan (Wah. 13:3) dan binatang dalam Wah. 17:8 melambangkan Nero, karena sesudah kematiannya, satu legenda populer menyatakan bahwa satu hari kelak dia akan muncul kembali.  Demikian pula mereka melihat bahwa angka rahasia 666 (13:18) adalah lambang Kaisar Nero, kalau dituliskan dalam huruf Ibrani.  Kenyataan-kenyataan inilah yang sudah menuntun ahli-ahli yang terkenal memberikan penanggalan untuk buku Wahyu pada tahun 60 atau 70 an dari abad I.
Pemikiran ini, walaupun nampaknya didasarkan pada kenyataan sejarah, bergantung kemungkinannya pada pemberian arti yang diberikan kepada sebutan-sebutan tertentu didalam buku Wahyu.  Tapi cara pemberian arti seperti itu tentunya sangatlah subjektive, dan tidaklah diterima oleh kebanyakan akhli-akhli waktu yang lampau.  Kesaksian dari penulis Kristen mula-mula hampir keseluruhnya mengakui bahwa buku Wahyu dituliskan pada pemerintahan Domitian.  Irenaeus, yang mengakui mempunyai hubungan pribadi dengan Yohanis melalui Polycarp, menyatakan mengenai Wahyu.  "Karena itu sudah dilihat tidak begitu lama yang lalu, tapi hampir saja pada zaman kita, pada bagian akhir pemerintahan Domitian.  Eusebius mencatatkan bahwa Yohanis dikirimkan ke Patmos oleh Domitian, dan pada waktu mereka yang diperlakukan dengan tidak adil oleh Domitian dilepaskan oleh penggantinya, Nerva, rasul Yohanis kembali ke Efesus.
Kesaksian-kesaksian dari penulis Kristen terdahulu itulah yang menuntun kepada penentuan penanggalan untuk penulisan buku Wahyu selama pemerintahan Domitian, kira-kira 96 ... TM
Adalah dibawah pemerintahan Raja ini maka masalah Penyembahan Raja untuk pertama kali menjadi masalah pokok bagi orang Kristen.  Hal ini terjadi di Propinsi Roma di Asia, di wilayah mana surat kepada tujuh Gereja pertama-tama ditujukan.  (1:1,11).  Penyembahan kepada Raja satu hal yang biasa di Timur sebelum Alexander Agung.  Dia telah dianggap Dewa, demikian juga dengan penggantinya.  Pada waktu Roma kalahkan wilayah Timur, Gubernur dan Jenderal sering dianggap dewa.  Hal ini yang terjadi  di Propinsi Asia, dimana orang Roma sangat populer.  Adalah satu hal yang biasa mendirikan Kuil untuk Dewi Roma, penjelmaan Roh Kerajaan, dan pemujaannya dihubungkan dengan Rajanya.  Dalam tahun 195 STM kuil didirikan baginya di Smyrna.  Pada tahun 29 SM, Kaisar Agustus memberikan keluasan untuk mendirikan Kaabah di Efesus untuk pemujaan bagi Roma dan Julius Caesar, dan satu kaabah di Pergamus untuk pemujaan Roma dan dirinya.  Ini adalah contoh pertama cara memuja Raja yang hidup.  Agusutus tidak memaksakan untuk pemujaan pada dirinya, tapi oleh karena keinginan dari orang-orang setempat, maka dengan demikian dia memperhitungkan pemujaan seperti itu adalah sesuatu yang bijaksana ditinjau dari pandangan politik.  Berangsur-angsur dari cara pemujaan ini, pemujaan kepada Roma menjadi kurang penting dan pemujaan kepada Raja menjadi pandangan yang menyolok.  Penyembahan kepada Raja menggantikan dewa-dewa setempat, tapi ditambahkan, dan menjadi sarana pemersatu kerajaan.  Acara-acara penyembahan kepada Raja tidak mudah untuk dibedakan dari acara-acara untuk para pahlawan.  Pada waktu yang sama penyembahan kepada Raja dilarang di Roma, walaupun  Senatnya secara sah mendewakan Raja-raja yang sudah mati.
Gaius Caligula (37-41 TM) adalah Raja yang pertama memaksakan pemujaan untuk dia.  Dia menganiaya orang Yahudi karena menolak untuk menyembah dia, tentunya tidak diragukan bahwa dia akan mengarahkan kemarahnnya kepada orang Kristen kalau sekiranya mereka itu sudah cukup banyak untuk diperhatikannya waktu itu.  Penggantinya lebih baik sedikit sehubungan dengan penyembahan Raja ini dan tidak menganiaya mereka yang melawan.
Raja berikut yang menjadikan Penyembahan Raja ini aktif lagi adalah Domitian.  (81-96 TM).  Kekristenan belum mendapatkan pengesahan dari Pemerintahan Roma, tapi agama seperti itu tidak akan dianiaya oleh Roma kecualai mereka melawan Hukum.  Sekarang Kekeristenan berbuat demikian.  Domitian sungguh-sungguh berusaha untuk mengokohkan pengakuannya menjadi Dewa pada pikiran penduduknya, dan memaksakan penduduknya untuk menyembah dia.  Dia mengeluarkan surat edaran untuk maksud ini dengan kata-kata sbb.  "Tuhan kita dan Allah kita menuntun agar hal ini dapat diperbuat."
Dengan latar belakang kondisi pemaksaan dan penolakan untuk menyembah Raja inilah yang menjadi penyebab dibuangnya Yohanis di Patmos, dan penulisan buku Wahyu.  Nampaknya semua 12 Rasul-rasul sudah mati kecuali Yohanis yang berada sebagai tawanan di pulau Patmos.  Kekeristenan memasuki generasi kedua.  Kebanyakan mereka yang mengetahui Tuhan sekarang sudah berada di kubur.  Gereja dihadapkan dengan serangan yang dashyat  dari luar, dan gereja membutuhkan kenyataan dari Yesus Kristus.  Dengan demikian khayal yang diberikan kepada Yohanis untuk memenuhi kebutuhan kusus pada saat itu.  Sorga terbuka bagi gereja yang dianiayakan, dan orang Kristen yang menolak untuk menyembah Raja, dan diberikan kepastian bahwa Tuhan mereka, sekarang naik dan berdiri di Takhta Allah, yang berkuasa dan mulia melebihi Raja dunia yang menuntut untuk disembah.

4.    TEMA BUKU
Sejak permulaannya (1:1) buku ini telah menyatakannya bahwa buku itu adalah Apokaliptik, pengungkapan rahasia masa yang akan datang dengan puncaknya pada kemenangan Yesus Kristus.  Tulisan Apokaliptik sudah menjadi tipe literatur agama Yahudi untuk 2 abad lebih.  Sebenarnya, buku Apokaliptik yang pertama dikenal adalah buku Daniel, muncul pada waktu tawanan Babilon abad ke 6 SM.  Pada waktu perang Makabean sekali lagi membawakan kebebasan politik bagi orang Yahudi 400 tahun kemudian,pengharapan akan Mesias dan melihat kedepan kepada Kerajaan Yahudi  yang baru menanjak, dan menghasilkan literature Apokaliptik yang mengambil bentuk kesusastraannya dan lambang Daniel.  Pada abad mengikutinya, kemenangan bangsa Roma memadamkan pengharapan orang Yahudi untuk suatu kenyataan dari kerajaan Mesias melalui Hasmonean, pengharapan Mesias lebih bergairah lagi karena mereka mengharapkan Mesias yang akan mengalahkan bangsa Roma.  Dalam abad I STM dan abad I TM pengharapan seperti itu terus menerus menyediakan dorongan untuk literature bentuk Apokaliptik ini.
Tidak mengherankan, dalam Perjanjian Baru, ditulis kebanyakan oleh orang Yahudi untuk gereja yang hampir keseluruhan Yahudi di dalam latar belakang agama mereka, maka Allah akan menempatkan tulisan Apokaliptik yang akan menuntun dan menyambut kerajaan Mesias.  Dalam pekabaranNya kepada manusia melalui Nabi-nabi Allah menyatakan kehendakNya di dalam bahasa manusia dan di dalam bentuk kesusastraan yang dikenal oleh mereka kepada siapa Dia akan memberikan PekabaranNya.
Walaupun tulisan Apokaliptik adalah sebenarnya Nubuatan, maka itu berbeda dengan nubuatan Alkitab lainnya (seperti Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan nabi-nabi lain) di dalam beberapa aspek yang penting, dan perbedaan ini menjadi tanda pengenal untuk tulisan Apokaliptik.  Yang sangat penting artinya diantara tanda-tanda yang membedakan itu adalah sebagai berikut:
1.    Sifat umum tulisan Apokaliptik.  Kebanyakan nubuatan adalah sehubungan dengan persoalan nasional dan internasional berpusat sebahagian besarnya di dalam besarnya di dalam sejarah orang Israel dan kemuliaan waktu yang akan datang yang boleh menjadi miliknya, maka tulisan Apokaliptik memainkan peranan di dalam semesta alam, dan mengambil pusat temanya adalah Pertentangan yang besar antara Allah dan Kristus disatu pihak dan setan dipihak yang lain.
2.    Dasar dari Apokaliptik adalah khayal dan mimpi.  Penulis Apokaliptik mencatatkan mimpi dan khayal yang diberikan kepadanya dalam Roh. (1:10).  Kadang-kadang dia diantarkan ke tempat yang jauh, dimana dia melihat pandangan yang luar biasa yang tidak dapat digambarkan oleh bahasa manusia dan dimana dia berbincang-bincang dengan malaikat.  walaupun pengalaman demikian ditemukan berulang di dalam nabi yang lain juga, namun demikian itu menjadi tanda yang khusus untuk tulisan Apokaliptik; demikian juga, kenyataannya, itu membentuk hampir keseluruhan tulisan Apokaliptik Daniel dan Wahyu.
3.      Penggunan Allegori di dalam Apokaliptik.  Didalam Nubuatan, secara umum    dapat dikatakan, lambang adalah hal-hal yang biasa dalam kehidupan setiap hari, contonya, penjunan dan tanah liat (Yer 18:1-10), kuk (Yer. 27:2), dan Batu tela (Yeh 4:2).  Dalam Nubuatan Apokaliptik, dipihak lain, lambang yang digunakan adalah hampir semuanya makhluk yang tidak pernah dilihat, binatang kepala banyak, malaikat terbang dilangit, binatang yang berbicara dan berbuat dengan intelegent.  Bersamaan;  periode waktu walaupun agak jarang maka Nubuatan biasanya diberikan dalam tahun sebenarnya (Yer 29:), dimana dalam Daniel dan Wahyu, periode waktu yang digunakan, dan biasanya dimengerti atas dasar prinsip satu hari sama dengan satu satu tahun.
4.    Bentuk Kesusastraan Apokaliptik.  Kebanyakan nubuatan ditulis dalam bentuk sanjak sedangkan nubuatan Apokaliptik dituliskan dalam bentuk prosa, dan sekali-sekali saja mendapatkan sisipan bentuk sanjak, khusus kalau itu berupa nyanyian.
Hal-hal inilah yang memberikan peraturan yang dapat menuntun untuk menginterpretasikan tulisan Apokaliptik yang disesuaikan dengan bentuk kesesastraannya dan penekanan theologi.  Pusat dari pekabarannya adalah Thema dan pembentukan yang baru.  Semuanya ini digambarkan didalam membicarakah hal-hal yang luar biasa itu kadang-kala bahasa manusia tak cukup menggambarkan kenyataan sorga.  dalam hal tertentu bahasa Apokaliptik bersamaan dengan perumpamaan, dengan demikian amaran untuk berhati-hati dalam memberikan arti kepada keduanya.
Buku ini adalah Wahyu dari Yesus dalam usaha menyempurnakan umatNya dalam dunia agar supaya mereka dapat menyatakan TabiatNya, dan menuntuk GerejaNya melalui pergantian atau perobahan sejarah menunjukkan pada pencapaian maksudNya yang kekal.  Paling jelas dan sempurna dalam semua tulisan Alkitab disini tirai yang memisah hal yang tidak kelihatan dan yang kelihatan disampingkan agar supaya dapat menyatakan, "dibalik, diatas dan melalui semua tindak tanduk perhatian manusia, kuasa dan perasaannya, agen dari yang sangat berkemurahan secara diam-diam dan sabar melaksanakan sesuatu sesuai dengan kehendakNya sendiri." (Ed 173).
Dalam Wahyu terdapat empat pembagian Besar dalam nubuatan:  1) Tubuh Gereja, pasal 1-3, (2) Tujuh Meterai, pasal 4:8:1, (3)  Tujuh sangkakala, 8:2 s/d 11, (4) Peristiwa-peristiwa akhir dalam Pertentangan yang besar. 12-22).
Khususnya suatu kenyataan bahwa bahasa seringkali dalam bentuk lambang, adalah satu hal yang penting untuk menentukan maksud dan tujuan Penulis, agar arti dari buku yang dibawakan pada pembaca yang menjadi tujuan sebenarnya.  Kalau tidak interpretasi dari lambang-lambang, dan pekabarannya, akan menyatakan semata-mata pendapat pribadi.  Mereka yang menjadi tujuan utama buku adalah orang Kristen berbahasa Grika, apakah Yahudi atau kafir, menganggap tulisan Perjanjian Lama adalah Firman Allah yang di inspirasikan (Yoh 5:39, Kis 24:14 ; 2 Tim 3:16 ,17), dan mereka yang cenderung menginterpretasikan Wahyu yang baru ini sesuai dengan Perjanjian Lama.  Prinsip- prinsip dan observasi Wahyu.
"Didalam Buku Wahyu semua buku didalam Alkitab bertemu dan  berakhir," dan dalam arti yang khusus, itu adalah pelengkap buku Daniel." AA 585.  Banyak yang dimeteraikan dalam buku daniel (Dan 12:4) sudah diungkapkan dalam buku Wahyu, dan kedua buku ini haruslah dipelajari bersama-sama.  Buku Wahyu berisikan kutipan atau kiasan dalam 28 buku dari 39 buku Perjanjian Lama.  Menurut satu sumber yang dapat dipercayai ada 505 kutipan atau kiasan, 325 dari semuanya adalah pada buku-buku Nubuatan.  Perjanjian Lama - Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dan Daniel secara khusus.  Dari nabi-nabi yang kecil Zakharia, Yoel, Amos dan Hosea adalah kutipan yang paling sering.  Dari Pentatuk, penggunaan yang terbanyak dari buku keluaran, dan bagian Sanjak dari buku Mazmur (Lukas 24:44).  ada juga yang menemukan beberapa refleksi dari buku Perjanjian Baru lain seperti, Matius, Lukas, 1 dan 2 Korintus, Efesus, Kolosi dan 1 Tesalonika.
Pengertian yang tepat untuk kutipan dan kiasan ini sehubungan dengan latar belakang sejarah didalam Perjanjian Lama adalah langkah pertama menuju kepada pengertian  bagian Alkitab dimana Yohanis  menggunakannya , untuk memastikan  arti.  Dalam  arti khusus ini digunakan untuk banyak nama orang dan tempat, dan hal-hal yang disebutkan serta peristiwa dan kejadian tertentu. Oleh karena banyak dari lambang buku Wahyu sudah diketahui dalam banyak literatur orang Yahudi, maka literatur ini sangatlah menolong dengan cara menjelaskan lambang-lambang ini. Mereka yang mengenal akan sejarah kontemporari Roma akan dapat mengenal juga bahwa bahasa yang digunakan oleh Yohanes sering menggambarkan Kerajaan Roma dan pengalaman Gereja dibawah kekuasaannya. Dengan demikian, mempelajari Sejarah Roma pada waktu itu menjelaskan bagian yang kurang jelas. Akhirnya perhatian harus diberikan kepada pemikiran dan pernyataan pada zaman kontemporari, didalam terang serta latar belakang kebudayaan waktu itu.
Didalam menentukan pentingnya penglihatan yang diberikan kepada Yohanes dalam khayal, haruslah selalu diingat bahwa Wahyu diberikan untuk menuntun, menghibur, dan menguatkan Gereja, bukan hanya pada zamannya, tetapi selama zaman Kekristenan, sampai pada akhir zaman. (AA 581, 585). Disinilah sejarah Gereja sudah dinyatakan untuk keuntungan dan menjadi nasihat penting yang ditujukan kepada orang percaya pada zaman Rasul-rasul, orang Kristen masa yang akan datang, dan mereka yang hidup pada zaman akhir dari Sejarah dunia, agar supaya semua dapat mempunyai pengertian yang tajam terhadap bahaya dan pertentangan yang ada dihadapan mereka (AA 583, 584). Contoh, nama dari tujuh Gereja adalah lambang dari Gereja pada periode yang berbeda-beda dalam sejarah. Gereja di Efesus dengan demikian menjadi lambang dari keseluruhan persaudaraan Gereja Kristen pada zaman Rasul-rasul, tapi pekabaran yang disampaikan kepadanya dituliskan untuk menjadi dorongan bagi semua orang percaya pada setiap zaman. (AA 578, 585).
Itulah sebabnya adalah satu yang masuk diakal bila kita mengambil kesimpulan bahwa sifat-sifat dan nasihat-nasihat kepada Gereja di Efesus khususnya tepat sekali kepada kebutuhan Gereja pada saat pekabaran ini dituliskan. Itu juga sama tepatnya kepada kebutuhan seluruh Gereja Kristen pada zaman Rasul-rasul, ringkasnya, mewakili pengalaman Gereja pada periode Sejarah waktu itu. Itu dituliskan untuk memberikan dorongan dan inspirasi kepada orang percaya pada setiap zaman, karena dibawa keadaan yang sama maka prinsip yang sama digunakan. Dengan kiasan, hal yang sama tepat digunakan untuk pekabaran-pekabaran yang ditujukan kepada gereja yang lain. Dengan mengingat bahwa pusat dari setiap garis nubuatan yang besar adalah pada peristiwa penutup sejarah dunia, pekabaran buku Wahyu mempunyai arti yang penting bagi Gereja Dewasa ini.
Demikian pula bahwa satu nubuatan boleh mencakup lebih dari hanya satu kegenapan jelas sekali (Ulangan 18:15). Nubuatan seperti itu mempunyai dua kegenapan yang segera dan masih akan datang, sebagai tambahan berisikan prinsip yang biasanya dapat digunakan pada setiap waktu. Lebih jauh "haruslah diingat bahwa perjanjian dan amaran-amaran Allah adalah sama-sama bersyarat." (EGW MS 4, 1883).

Dengan demikian ramalan tertentu yang sebenarnya sudah mendapatkan kegenapannya pada bagian permulaan sejarah dunia sudah ditundakan sebab kegagalan Gereja untuk memenuhi kesempatan dan tanggung jawabnya.

JIKA SAUDARA RINDU UNTUK MENDAPATKAN MATERI SELANJUTNYA HUBUNGI SAYA DI 082199503705, 085215315111

Senin, 01 Oktober 2018

Sejarah Gereja Masehi Advent hari ke Tujuh The Movie


Lagu Ciptaan "Trimakasih Tuhan" dari Kisah Nyata


Lagu Ciptaan "Kalau Bukan Tuhan Yang Tolong"


Khotbah Video "Pintu Berkat"


Memahami Firman Allah dan Kesaksian Yesus dalam Kitab Wahyu

FIRMAN ALLAH DAN KESAKSIAN YESUS
Bagian akhir dari tiga kunci untuk memahami buku Wahyu

Buku Apokaliptik membangun  atas kebenaran bahwa Allah mengirimkan AnakNya untuk menyaksikan akan tabiatNya yang benar.   Yohanis menggaris bawahi  arti yang penting sekali dari kesaksian yang Yesus berikan  didalam ruang pengadilan  dari orang Yahudi  (Yoh. 5:31-37;  8:13-18) dan orang Kapir (Yoh. 18:37), Dia menjelaskan Yesus sebagai  “Saksi yang benar dan Setia” (Wahu 1:5; 3:14; 19:11),  Dia yang oleh karena tetap setia kepada  pengakuanNya akan kebenaran, sampai pada saat kematian, dengan demikian mengalahkan dunia. (Wah.  3:12; 5:5; Yoh. 16:33).
            Di dalam latar belakang penganiayaan yang sangat bersejarah dibawah Raja Domitian (Wah.  1:9), Yohanis memberikan seluruh konsep dari “Kesaksian” Kristen sebagai suatu  penekanan forensik yang utama. Allison Trites menerangkan :  “Bagi orang Kristen (kepada siapa Yohanis menuliskan) adalah akan menghadapi waktu ujian yang keras dan penganiayaan, dan Yohanis sebagai pendeta yang setia berupaya menyediakan mereka untuk mengalaminya.”  George Caird menambahkan :  “Di dalam wahyu maka suasana ruang pengadilan adalah lebih jelas lagi ; karena Yesus sudah membawa kesaksianNya dihadapan ruang pangadilan  Pilatus, dan  orang mati sahid  sekarang harus menghadapi para hakim Roma.”

Anak kalimat kunci rangkap dua Yohanis

            Yohanis memperkenalkan anak kalimat kunci yang merangkum  Wahyu Allah kepada orang Israel dan wahyuNya  melalui Yesus Kristus   di dalam satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan :  “firman Allah dan kesaksian Yesus Kristus.” (Wah. 1:2). Yohanis menggunakan  anak kalimat rangkap ini, dengan hanya sedikit sekali perobahan, enam kali dalam buku Wahyu.  Anak kalimat ini menghubungkan semua  khayalnya secara terpadu  untuk satu maksud kependetaan: untuk mengingatkan gereja akan abad  dari panggilannya yang suci  untuk menjadi setia kepada Tuhannya sampai akhir zaman.
            Bagi Yohanis  “kesaksian Yesus Kristus”  adalah suatu perpanjangan yang berweweang akan firman Allah  (1:1,2),  oleh karena kesaksian Yesus juga adalah  diilhamkan oleh Roh Nubuat (Wahyu 19:10). Yohanis memberikan kesaksian bahwa dia menderita di Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian Yesus.” (1:9). Disini secara jelas dia menyatakan  kepada kesaksia Yesus  di dunia, sebagaimana yang ditemukan di dalam Injil, oleh sebab dia sudah mengkhotbahkan injil “sebagai kesaksian” (Mat  24:14) jauh sebelumnya dia dihukumkan oleh pengadilan Roma.
            Anak kalimat dua rangkap Yohanis melayani dua maksud teologi dan moral didalam buku Apokaliptik:  Itu menentukan  orang percaya yang setia  dalam Yesus Kristus selama abad-abad gereja yang bergelora, dan melayani sebagai norma mutlak untuk menguji semua nabi yang mengakui mempunyai khayal dari Allah, seperti “Izebel, yang menyebut dirinya nabi.” (Wah.  2:20;  16:13,14;  19:20)
            Ellen G. White menyatakan bahwa bukunya :  The Great Controversy, tidaklah dituliskan untuk “mempersembahkan kebenaran baru” melebihi Alkitab, tapi menerangi “jalan setapak dari mereka yang seperti para pembaru zaman lalu, akan dipanggil dengan mengorbankan semua harta duniawi,  bersaksi untuk firman Allah, dan untuk kesaksian Yesus Kristus.  Dia juga menyatakan bahwa  orang Albigenses, dan Huguenots dan orang Waldenses adalah saksi-saksi Gereja padang belantara yang sudah mengorbankan hidup mereka untuk “firman Allah dan untuk kesaksian Yesus Kristus.”  Jadi Ellen G. White  dengan jelas memahami akan anak kalimat kunci Yohanis “firman Allah dan kesaksianYesus sebagai menyatakan  kepada Alkitab didalam  kesaksian Perjanjian Lama dan Baru.

Teologi Dua saksi Yohanis  dalam Injil ke empat.

            Kenneth Strand, pakar Advent dalam studi tulisan Apokaliptik, mengenal bahwa dua rangkap anak kalimat Yohanis  dalam Wahyu menyatakan  tema teologi yang sama  seperti Injil Yohanis :   “teologi dua saksi.” Tema dua saksi ilahi adalah penting (utama) didalam Injil Yohanis  oleh karena penekanan Injil ini   keharmonisan yang penting dan kesatuan kesaksian Yesus dan BapaNya :  “Akulah yang bersaksi tentang diriKu sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku.” (Yoh. 8:18)  “Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataanKu, ia sudah ada hakimnya yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab Aku berkata-kata bukan  dari diriKu sendiri, tetap Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. (Yoh.  12:48,49).
Kita perlu menyadari bahwa gereja Kristus  adalah  disahkan di dalam cikal bakalnya dari para rasul hanya oleh karena  pengabarannya  yang setia  akan Injil Allah sebagaimana yang dinyatakan atau disaksikan oleh Yesus.
            Yesus memanggil perhatian  kepada hukum saksi didalam Ulangan  19:15 (Yoh. 8:17) untuk menyatakan bahwa  kesaksianNya tidaklah sendirian. Yesus menghubungkan teologi dua saksinya secara langsung kepada  peran Roh Suci didalam mengkomunikasi kata-kata Kristus kepada para muridNya (Yoh. 14:26),  dan “Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya daripadaku. (Yoh. 16:14).
            Jadi Injil Yohanis mengajarkan bahwa apa yang di ucapkan Yesus, diucapkan oleh Roh Suci,  dan dengan demikian diucapkan juga oleh  Allah sendiri. Injil ke empat dengan jelas menyatakan  bahwa kesaksian Yesus di dunia  adalah diilhamkan oleh Roh Allah :  “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas.” (Yoh., 3:34)
            Sebenarnya Yesus telah diurapi oleh Roh Nubuat pada waktu baptisanNya,  ketika Roh turun kepadanya didalam bentuk burung merpati (Mat. 3:16; Kis  10:38). Yesus diilhami oleh Roh Allah dan oleh sebab itu mengucapkan kesaksianNya dengan kewenangan  ilahi kepada orang Israel. Kesaksian Perjanjian Baru bahwa Yesus sendiri adalah  wahyu Allah (Yoh.  1:14,18) adalah kebenaran mendasar dari Iman Kristiani.

Teologi dua kesaksian.
            Dalam buku Wahyu  Yohanis dengan tegas  menekankan  teologi dua kesaksiannya.  Surat dari Yesus yang sudah bangkit tujuh kali menjelaskan bahwa kesaksian Yesus kepada gereja-gereja adalah  : “apa yang Roh katakan kepada gereja-gereja” (Wah.  2:7,11,17,29, 3:6,13,22).  Referensi secara berulang ini kepada Roh Allah menekankan  wewenang Ilahi dari tujuh kesaksian Yesus.
            Pada akhir buku, malaikat memberitahu kepada  Yohanis bahwa baik malaikat dan nabi Kristen “berpegang pada kesaksian Yesus,” dan oleh sebab itu adalah “bersaudara” didalam mengabarkan kesaksian Yesus dan didalam menyembah Allah (19:10; 22:8,9).  Malaikat kemudian menambahkan penjelaskan ini : “Kesaksian Yesus adalah Roh Nubuatan.” (19:10).  Informasi ini sama dengan  ungkapan didalam tujuh surat bahwa kesaksian  Yesus adalah “apa yang Roh katakan.”   Persamaan ini adalah satu dari banyak paralel didalam  bentuk kiastik luas dari Apokaliptik.
            Ini berarti bahwa   pasangan saling menjelaskan. Kedua ayat ini meneguhkan bahwa kesaksian Yesus adalah diilhamkan oleh “Roh Nubuatan,” atau Roh Allah,  dan bukan sebagai pengganti untuk “kesaksian Yesus”  tapi sebagai penjelasan akan cikal bakalnya dari Ilahi.  Malaikat tidak mengajarkan bahwa “karunia” nubuatan  adalah pengganti untuk kesaksian Yesus,  tapi menjelaskan bahwa  ksaksian Yesus  diilhamkan oleh Roh Nubuatan dan dengan demikian mempunyai kewenangan Ilahi.
            Beale memberikan komentar :   “Episode ini (19:10) dituliskan untuk menggaris bawahi sumber ilahi  dari khayal Yohanis dan untuk menempatkan didalam sudut pandangan yang  tepat sifat dan fungsi dari  pengantaraan para malaikat. Amaran (Sembahlah Allah ) berdiri sebagai amaran kepada orang Kristen, bukan hanyalah melawan  perbaktian malaikat secara khusus, tapi melawan penyembahan berhala didalam bentuk umum apa saja, yang menjadi masalah bagi para pembaca Yohanis (2:14,15,20,21; 9:20).
            Robert Mounce meneguhkan : “Pekabaran yang dikemukakan oleh Yesus adalah inti dari  pengabaran nubuatan.  Caired menerangkan :  “Berpegang bahwa kesaksian Yesus adalah berdiri dengan prinsip yang memerintah akan kehidupannya yang sudah menjelmah, meneguhkan dan menyatakan  kesaksian dari penyalibannya dengan kesaksian para mati sahid. . . . . Kesaksian Yesus  adalah roh yang mengilhami para nabi. Itu adalah kata yang diucapkan  oleh Allah dan disokong oleh Yesus bahwa Roh mengambil dan menempatkan  ke dalam mulut para nabi Kristen.”
            Beasley-Murray menunjuk kepada satu fakta yang tegas bahwa ungkapan “Roh Nubuatan” adalah sangat dikenal diantara orang Yahudi, untuk nama kesayangan mereka untuk  Roh Allah secara tepat adalah “Roh Nubuatan.” Dia menyimpulkan : “Oleh sebab itu kita harus  menafsirkan Wahyu  19:10 mempunyai arti  bahwa kesaksian yang dibawa oleh Yesus  adalah suatu kepedulian atau beban dari Roh  yang mengilhamkan nubuatan. Demikianlah penekanan utama   ajaran dari Roh Suci  dalam Yohanis   14-16.  Menurut :Perjanjian Baru, nabi Allah digerakkan oleh Roh Suci (Lukas   2:25;  2 Pet. 1:21).
            Diantara  orang Advent maka komentar Roy Naden  dapat diperhatikan : “Yohanis menyamakan  kesaksian Yesus dengan  Roh Nubuatan untuk menerangi akan cikal bakal dan kewenangan Ilahi dari kesaksian. .. .Jadi Dia (Allah) adalah sumber dari kesaksian kepada Kristus sama saja sebagaimana Dia adalah sumber dari firman Allah. . . .Dalam Wahyu  19:10  Yohanis menyatakan bahwa kesaksian Yesus adalah  nubuatan ilahi yang menyinarkan  terang yang memastikan kembali kesamaan  pada waktu lalu, sekarang dan masa depan.”
            Beatrice Neal memberikan kesimpulan yang sama dalam disertasinya :  “Firman Allah dan Kesaksian Yesus haruslah dipahami  sebagai Injil kematian dan kebangkitan  Yesus  (Wah. 1:18),  KuasaNya menyelamatkan dari dosa (1:5; 12:10-11) dan mengobahkan manusia ke dalam kesamaan dengan Dia  (14:1) melalui darah Anak Domba  (7:14;  12:11).
            Kesaksian Yesus sebagai “Iman Yesus.”
            Wahyu  12-14 terdiri dari  Unit Alkitab Sendiri,  dimana setiap pasal secara  progresif mengembangkan  khayal terdahulu dengan suatu pemusatan yang berkembang pada generasi akhir zaman.   Ini berarti bahwa umat sisa Allah dalam Wahyu   12:17 adalah lebih lengkap di jelaskan didalam  14:12.
            “Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksianYesus.” (12:17).  Yang penting disini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.”  14:12.
            Umat Allah tidak hanya memelihara hukum tapi juga “berpegang erat kepada iman akan Yesus” (14:12).  Iman akan Yesus ini adalah lebih daripada hanya iman subyektif dalam Yesus – adalah iman mereka , atau kesaksian akan Yesus itu sendiri.
            William Johnson memberikan komentarnya mengenai Wah.  14:12 adalah layak untuk diperhatikan :  “Mereka memelihara iman akan Yesus. . . . Yudas  dapat mempersiapkan paralelnya   :  Iman yang pernah dibawakan  kepada orang kudus.  Ketika pengikut Allah yang setia  memelihara iman Yesus mereka tetap benar kepada dasar kekeristenan—mereka mempunyai iman.
            Dengan kata lain, ungkapan “Iman kepada Yesus dalam Wahyu   14:12 melayani sebagai persamaan menerangkan  kepada  “kesaksian Yesus” (12:17) dan bukan seharusnya sebagai sifat ketiga  dari Gereja yang sisa. Memelihara  Iman kepada Yesus menyatakan kesetiaan bersaksi kepada kesaksian Yesus. Oleh sebab mereka mempunyai  “kesaksian Yesus,  umat Allah akhir zaman  siap untuk bersaksi melawan antikristus sampai kematian, sebagaimana yang Yohanis ramalkan : “mereka yang sudah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah.”  (20:4).
            Desmond Ford dengan tepat menyatakan :  “Bila manusia mati oleh karena  kesaksian Yesus, seperti  12:11 dan 6:9 nyatakan, kita harus mengenal disini Injil yang kekal.”  Nilai yang tak terhingga  dari mati sahid Kristen terletak di dalam kesetiaan mereka berpegang erat  kepada injil kesaksian yang Yesus berikan didalam pelayananNya di dunia ini.
            Khayal Milenium Yohanis  memastikan vindikasi ilahi  akan kesetiaan mereka kepada Firman Allah sebagaimana yang di tekankan oleh Yesus, di takhta sorga.   Orang mati sahid demikian  akan bersama dengan Kristus melakukan kuasa pemerintahan dan pehukuman di dalam Kerajaan MiliniumNya. (Wah. 20:4).

Dua Saksi dalam Wahyu  11.

            Wahyu 11 menggambarkan dua saksi Allah  secara terpadu yang  mendapatkan kewenangan untuk “bersaksi selama 1260 tahun, menggunakan kain karung.”  (11:3). Dua saksi Allah secara lambang ini  adalah juga diperkenalkan sebagai  “dua kaki dian yang berdiri dihadapan Tuhan semesta alam.”  (11:4).  Bila  tujuh kaki dian adalah tujuh gereja” (1:20), maka  “dua kaki dian” harus juga melambangkan gereja, sekarang ini adalah gereja yang mendapatkan suatu penugasan untuk bernubuat atau menyatakan  “kesaksian” legalnya (11:7) kepada seluruh bangsa (Ul.  17:6;  19:15; Matius 18:16; Yoh.  8:17).
            Pemahaman ini diteguhkan oleh  lambang paralel dari “perempuan” yang dianiaya (12:6) dan mengenai “kota suci” dipijak-pijak (11:2).  Semua tiga gambaran secara lambang ini  menderita oleh karena “kesaksian” mereka selama jangka waktu yang sama. (11:2,3;  12:6, 11).  Gambaran ini menyatakan bahwa orang kudus yang benar bukan hanya berpegang kepada kepada “kesaksian Yesus” tapi juga dengan setia bersaksi bagi Yesus, rela untuk kehilangan  hidup mereka demi Yesus, dan demi Injil.” (Mark  8:35).
            Gambaran dua saksi didalam Wahyu 11 mendramatisasi akan panggilan dan janji Yesus kepada Gereja di Smirna : “Hendaklah kamu setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan  kepadamu mahkota kehidupan.” (Wah. 2:10)  Di dalam hal ini mereka dipanggil untuk mengidentifikasikan secara sempurna  dengan Yesus didalam  kesaksian dan kematianNya,  dan juga akan bersama dengan Dia didalam VindikasiNya (11:9-12). Lebih penting lagi,  kuasa dari pelayanan nubuatan mereka  akan berakibat didalam pertobatan dan keselamatan banyak orang di dunia ini. (11:13)
            Pelayaan  nubuatan ini adalah panggilan kepada seluruh gereja. Semua orang percaya didalam Yesus Kristus dipanggil untuk berpegang pada kesaksian Yesus.” (Wah. 12:17,)  sementara hanya beberapa dari mereka dipilih untuk  menerima “karunia nubuat khusus” untuk membangun Gereja, untuk berbicara kepada gereja “membangun, menasihati dan menghibur.” (1 Kor  14:3).
            Kita perlu menyadari bahwa gereja Kristus disahkan didalam kelanjutannya dari para rasul  satu-sastunya oleh karena  kesetiaannya didalam mengabarkan  Injil Allah sebagaimana yang ditopang oleh Yesus Kristus (Matius 24:14 ; Wah.  12:17;  14:12). Untuk mengilustrasikan hubungan yang tak terputus antara gereja dan kesaksian injil, Yohanis dimintakan untuk megambil dan “memakan” gulungan sorga itu (10:9) agar supaya dia dapat bernubuat lagi kepada manusia  dan bangsa (10:11), sama seperti Allah  sudah memintakan  nabi Yehezkiel dan Yermia untuk memakan  gulungan sorgawi dengan kata-kata IlahiNya dan kemudian akan menyatakan  pekabaranNya kepada umum (Yehez.  3:1-3; Yer.  15:16)
            Kosekuensinya, dua saksi dari Wahyu  11 tidak melambangkan gereja yang terpisah dari Firman Allah dan kesaksian Yesus. Sebagaimana sudah diterangkan oleh pakar terdahulu, dua saksi Allah yang tak dapat dipisahkan ini melambangkan “gereja yang mengkhotbahkan dan bernubuat  melalui dua kesaksian Alkitab.
            Kenneth Strand secara rinci sekali mempelajari akan teologi dua saksi Yohanis ini, sebagaimana terdapat didalam seluruh buku Wahyu,  tiba kepada kesimpulan ini :  “Di dalam buku Wahyu, kesetiaan kepada firman Allah dan kepada kesaksian Yesus memisahkan orang setia dari yang tidak setia,  dan itu akan membawakan penganiayaan yang mencakup  Yohanis sendiri dibuang ke Patmos dan  orang Kristen lain mati sahid (sekali lagi dalam Wahyu 1:9;  6:9;  12:17;  20:4).  Dua saksi ini adalah :  firman Allah dan kesaksian Yesus atau apa yang kita dewasa ini sebutkan   pekabaran nubuat Perjanjian Lama dan  kesaksian para Rasul Perjanjian Baru.

Ujian Utama kesetiaan kepada Allah.
            Orang Kristen pada setiap zaman sudah hidup dan mati,  dan pada masa depan akan mati untuk kesaksian Injil akan Yesus (Wah.  1:9;  6:9;  12:11;  20:4).  Kesaksian Yesus mereka bukan lah hanya kesaksian pertobatan pribadi mereka kepada Yesus, tapi kesaksian mereka kepada  injil Rasuli; ialah,  kesaksian Allah  (1 Kor  2:1), atau Kesaksian Yesus (1 kor. 6:1), mengenai hidup, kematian, dan kebangkitanNya. (Mar  8:35; Kis. 1:8,22;  4:33;  1 Kor.  15:1-4, 15).
            Paulus menjelaskan bahwa pelayanan yang dia telah terima  dari Tuhan Yesus  adalah “memberikan kesaksian tentang Injil Kasih Karunia Allah (Kis. 20:24). Dia mengamarkan  bahwa mereka yang “merusak Injil Kristus  (Gal.  1:1-9) akan jatuh dibawa kutuk ilahi.” Yohanis meramalkan  bahwa gereja  akan melalui masa penganiayaan  dan penderitaan berat  ( Wah. 12:11-17).
            Paulus menasihati bahwa orang percaya Kristen  tidak akan melampaui apa yang tertulis  (1 Kor 4:6), dan memberikan anjuran bahwa semua nabi didalam gereja harus diuji oleh kanon Alkitab ini (1 Tes.  5:19-21;  1 Kor. 14:29,32). Demikian juga Ellen White memberikan pemusatan yang sama :  “Saya mengusulkan kepada kamu, para pembaca, Firman Allah sebagai peraturan iman dan praktekmu. Oleh Firman itu kita akan dihakimkan.”
            Waktu senggang kita haruslah digunakan untuk mempelajari Alkitab,  yang akan menghakimkan kita pada akhir zaman. . . .Biarlah  hukum Allah dan kesaksian Yesus Kristus  terus menerus ada didalam pikiranmu dan biarkan mereka itu akan  menimpahi (mengerumuni) pemikiran dan perhatian duniawi.”   “Allah memanggil untuk suatu kebangunan dan reformasi.   Firman Allah, dan hanya Alkitablah yang di dengar dari mimbar.”
            Kata-kata ini memanggil kesetiaan kepada  standar alkitabiah yang diringkaskan dengan sangat mengesankan oleh malaikat didalam Wahyu  14:12.  Ini adalah ayat kunci yang menjadi dasar  bagi gereja Advent pada tahun  1861.   Ini menggabungkan hukum Allah dan injil menyelamatkan Yesus Kristus “sama pentingnya, hukum dan injil akan bergandengan.”
            Pada tahun  1888 orang Advent menemukan  bahwa  “iman kepada Yesus (Wah. 14:12) menyatakan  iman dalam Yesus, maka  arti teologi secara lengkap  dari pekabaran tiga malaikat  dipahami dan  denominasi kita mempunyai pekabaran nyaringnya.

            Banyak kebangunan mulai terjadi, dan dalam tahun  1892 Ellen White menyatakan bahwa  “seruan nyaring dari malaikat ketiga sudah  mulai didalam kenyataan dari kebenaran Kristus, Penebus yang mengampuni dosa. Ini adalah permulaan dari terang dari malaikat  yang kemuliaannya akan memenuhi seluruh dunia.
            Ini dapat dirangkum didalam nasihat yang memberikan tantangan :  “Dari semua yang mengaku orang Kristen, MAHK haruslah yang paling  depan didalam mengangkat Kristus dihadapan dunia.”