Laman

Senin, 01 Oktober 2018

Memahami Firman Allah dan Kesaksian Yesus dalam Kitab Wahyu

FIRMAN ALLAH DAN KESAKSIAN YESUS
Bagian akhir dari tiga kunci untuk memahami buku Wahyu

Buku Apokaliptik membangun  atas kebenaran bahwa Allah mengirimkan AnakNya untuk menyaksikan akan tabiatNya yang benar.   Yohanis menggaris bawahi  arti yang penting sekali dari kesaksian yang Yesus berikan  didalam ruang pengadilan  dari orang Yahudi  (Yoh. 5:31-37;  8:13-18) dan orang Kapir (Yoh. 18:37), Dia menjelaskan Yesus sebagai  “Saksi yang benar dan Setia” (Wahu 1:5; 3:14; 19:11),  Dia yang oleh karena tetap setia kepada  pengakuanNya akan kebenaran, sampai pada saat kematian, dengan demikian mengalahkan dunia. (Wah.  3:12; 5:5; Yoh. 16:33).
            Di dalam latar belakang penganiayaan yang sangat bersejarah dibawah Raja Domitian (Wah.  1:9), Yohanis memberikan seluruh konsep dari “Kesaksian” Kristen sebagai suatu  penekanan forensik yang utama. Allison Trites menerangkan :  “Bagi orang Kristen (kepada siapa Yohanis menuliskan) adalah akan menghadapi waktu ujian yang keras dan penganiayaan, dan Yohanis sebagai pendeta yang setia berupaya menyediakan mereka untuk mengalaminya.”  George Caird menambahkan :  “Di dalam wahyu maka suasana ruang pengadilan adalah lebih jelas lagi ; karena Yesus sudah membawa kesaksianNya dihadapan ruang pangadilan  Pilatus, dan  orang mati sahid  sekarang harus menghadapi para hakim Roma.”

Anak kalimat kunci rangkap dua Yohanis

            Yohanis memperkenalkan anak kalimat kunci yang merangkum  Wahyu Allah kepada orang Israel dan wahyuNya  melalui Yesus Kristus   di dalam satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan :  “firman Allah dan kesaksian Yesus Kristus.” (Wah. 1:2). Yohanis menggunakan  anak kalimat rangkap ini, dengan hanya sedikit sekali perobahan, enam kali dalam buku Wahyu.  Anak kalimat ini menghubungkan semua  khayalnya secara terpadu  untuk satu maksud kependetaan: untuk mengingatkan gereja akan abad  dari panggilannya yang suci  untuk menjadi setia kepada Tuhannya sampai akhir zaman.
            Bagi Yohanis  “kesaksian Yesus Kristus”  adalah suatu perpanjangan yang berweweang akan firman Allah  (1:1,2),  oleh karena kesaksian Yesus juga adalah  diilhamkan oleh Roh Nubuat (Wahyu 19:10). Yohanis memberikan kesaksian bahwa dia menderita di Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian Yesus.” (1:9). Disini secara jelas dia menyatakan  kepada kesaksia Yesus  di dunia, sebagaimana yang ditemukan di dalam Injil, oleh sebab dia sudah mengkhotbahkan injil “sebagai kesaksian” (Mat  24:14) jauh sebelumnya dia dihukumkan oleh pengadilan Roma.
            Anak kalimat dua rangkap Yohanis melayani dua maksud teologi dan moral didalam buku Apokaliptik:  Itu menentukan  orang percaya yang setia  dalam Yesus Kristus selama abad-abad gereja yang bergelora, dan melayani sebagai norma mutlak untuk menguji semua nabi yang mengakui mempunyai khayal dari Allah, seperti “Izebel, yang menyebut dirinya nabi.” (Wah.  2:20;  16:13,14;  19:20)
            Ellen G. White menyatakan bahwa bukunya :  The Great Controversy, tidaklah dituliskan untuk “mempersembahkan kebenaran baru” melebihi Alkitab, tapi menerangi “jalan setapak dari mereka yang seperti para pembaru zaman lalu, akan dipanggil dengan mengorbankan semua harta duniawi,  bersaksi untuk firman Allah, dan untuk kesaksian Yesus Kristus.  Dia juga menyatakan bahwa  orang Albigenses, dan Huguenots dan orang Waldenses adalah saksi-saksi Gereja padang belantara yang sudah mengorbankan hidup mereka untuk “firman Allah dan untuk kesaksian Yesus Kristus.”  Jadi Ellen G. White  dengan jelas memahami akan anak kalimat kunci Yohanis “firman Allah dan kesaksianYesus sebagai menyatakan  kepada Alkitab didalam  kesaksian Perjanjian Lama dan Baru.

Teologi Dua saksi Yohanis  dalam Injil ke empat.

            Kenneth Strand, pakar Advent dalam studi tulisan Apokaliptik, mengenal bahwa dua rangkap anak kalimat Yohanis  dalam Wahyu menyatakan  tema teologi yang sama  seperti Injil Yohanis :   “teologi dua saksi.” Tema dua saksi ilahi adalah penting (utama) didalam Injil Yohanis  oleh karena penekanan Injil ini   keharmonisan yang penting dan kesatuan kesaksian Yesus dan BapaNya :  “Akulah yang bersaksi tentang diriKu sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku.” (Yoh. 8:18)  “Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataanKu, ia sudah ada hakimnya yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. Sebab Aku berkata-kata bukan  dari diriKu sendiri, tetap Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. (Yoh.  12:48,49).
Kita perlu menyadari bahwa gereja Kristus  adalah  disahkan di dalam cikal bakalnya dari para rasul hanya oleh karena  pengabarannya  yang setia  akan Injil Allah sebagaimana yang dinyatakan atau disaksikan oleh Yesus.
            Yesus memanggil perhatian  kepada hukum saksi didalam Ulangan  19:15 (Yoh. 8:17) untuk menyatakan bahwa  kesaksianNya tidaklah sendirian. Yesus menghubungkan teologi dua saksinya secara langsung kepada  peran Roh Suci didalam mengkomunikasi kata-kata Kristus kepada para muridNya (Yoh. 14:26),  dan “Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya daripadaku. (Yoh. 16:14).
            Jadi Injil Yohanis mengajarkan bahwa apa yang di ucapkan Yesus, diucapkan oleh Roh Suci,  dan dengan demikian diucapkan juga oleh  Allah sendiri. Injil ke empat dengan jelas menyatakan  bahwa kesaksian Yesus di dunia  adalah diilhamkan oleh Roh Allah :  “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas.” (Yoh., 3:34)
            Sebenarnya Yesus telah diurapi oleh Roh Nubuat pada waktu baptisanNya,  ketika Roh turun kepadanya didalam bentuk burung merpati (Mat. 3:16; Kis  10:38). Yesus diilhami oleh Roh Allah dan oleh sebab itu mengucapkan kesaksianNya dengan kewenangan  ilahi kepada orang Israel. Kesaksian Perjanjian Baru bahwa Yesus sendiri adalah  wahyu Allah (Yoh.  1:14,18) adalah kebenaran mendasar dari Iman Kristiani.

Teologi dua kesaksian.
            Dalam buku Wahyu  Yohanis dengan tegas  menekankan  teologi dua kesaksiannya.  Surat dari Yesus yang sudah bangkit tujuh kali menjelaskan bahwa kesaksian Yesus kepada gereja-gereja adalah  : “apa yang Roh katakan kepada gereja-gereja” (Wah.  2:7,11,17,29, 3:6,13,22).  Referensi secara berulang ini kepada Roh Allah menekankan  wewenang Ilahi dari tujuh kesaksian Yesus.
            Pada akhir buku, malaikat memberitahu kepada  Yohanis bahwa baik malaikat dan nabi Kristen “berpegang pada kesaksian Yesus,” dan oleh sebab itu adalah “bersaudara” didalam mengabarkan kesaksian Yesus dan didalam menyembah Allah (19:10; 22:8,9).  Malaikat kemudian menambahkan penjelaskan ini : “Kesaksian Yesus adalah Roh Nubuatan.” (19:10).  Informasi ini sama dengan  ungkapan didalam tujuh surat bahwa kesaksian  Yesus adalah “apa yang Roh katakan.”   Persamaan ini adalah satu dari banyak paralel didalam  bentuk kiastik luas dari Apokaliptik.
            Ini berarti bahwa   pasangan saling menjelaskan. Kedua ayat ini meneguhkan bahwa kesaksian Yesus adalah diilhamkan oleh “Roh Nubuatan,” atau Roh Allah,  dan bukan sebagai pengganti untuk “kesaksian Yesus”  tapi sebagai penjelasan akan cikal bakalnya dari Ilahi.  Malaikat tidak mengajarkan bahwa “karunia” nubuatan  adalah pengganti untuk kesaksian Yesus,  tapi menjelaskan bahwa  ksaksian Yesus  diilhamkan oleh Roh Nubuatan dan dengan demikian mempunyai kewenangan Ilahi.
            Beale memberikan komentar :   “Episode ini (19:10) dituliskan untuk menggaris bawahi sumber ilahi  dari khayal Yohanis dan untuk menempatkan didalam sudut pandangan yang  tepat sifat dan fungsi dari  pengantaraan para malaikat. Amaran (Sembahlah Allah ) berdiri sebagai amaran kepada orang Kristen, bukan hanyalah melawan  perbaktian malaikat secara khusus, tapi melawan penyembahan berhala didalam bentuk umum apa saja, yang menjadi masalah bagi para pembaca Yohanis (2:14,15,20,21; 9:20).
            Robert Mounce meneguhkan : “Pekabaran yang dikemukakan oleh Yesus adalah inti dari  pengabaran nubuatan.  Caired menerangkan :  “Berpegang bahwa kesaksian Yesus adalah berdiri dengan prinsip yang memerintah akan kehidupannya yang sudah menjelmah, meneguhkan dan menyatakan  kesaksian dari penyalibannya dengan kesaksian para mati sahid. . . . . Kesaksian Yesus  adalah roh yang mengilhami para nabi. Itu adalah kata yang diucapkan  oleh Allah dan disokong oleh Yesus bahwa Roh mengambil dan menempatkan  ke dalam mulut para nabi Kristen.”
            Beasley-Murray menunjuk kepada satu fakta yang tegas bahwa ungkapan “Roh Nubuatan” adalah sangat dikenal diantara orang Yahudi, untuk nama kesayangan mereka untuk  Roh Allah secara tepat adalah “Roh Nubuatan.” Dia menyimpulkan : “Oleh sebab itu kita harus  menafsirkan Wahyu  19:10 mempunyai arti  bahwa kesaksian yang dibawa oleh Yesus  adalah suatu kepedulian atau beban dari Roh  yang mengilhamkan nubuatan. Demikianlah penekanan utama   ajaran dari Roh Suci  dalam Yohanis   14-16.  Menurut :Perjanjian Baru, nabi Allah digerakkan oleh Roh Suci (Lukas   2:25;  2 Pet. 1:21).
            Diantara  orang Advent maka komentar Roy Naden  dapat diperhatikan : “Yohanis menyamakan  kesaksian Yesus dengan  Roh Nubuatan untuk menerangi akan cikal bakal dan kewenangan Ilahi dari kesaksian. .. .Jadi Dia (Allah) adalah sumber dari kesaksian kepada Kristus sama saja sebagaimana Dia adalah sumber dari firman Allah. . . .Dalam Wahyu  19:10  Yohanis menyatakan bahwa kesaksian Yesus adalah  nubuatan ilahi yang menyinarkan  terang yang memastikan kembali kesamaan  pada waktu lalu, sekarang dan masa depan.”
            Beatrice Neal memberikan kesimpulan yang sama dalam disertasinya :  “Firman Allah dan Kesaksian Yesus haruslah dipahami  sebagai Injil kematian dan kebangkitan  Yesus  (Wah. 1:18),  KuasaNya menyelamatkan dari dosa (1:5; 12:10-11) dan mengobahkan manusia ke dalam kesamaan dengan Dia  (14:1) melalui darah Anak Domba  (7:14;  12:11).
            Kesaksian Yesus sebagai “Iman Yesus.”
            Wahyu  12-14 terdiri dari  Unit Alkitab Sendiri,  dimana setiap pasal secara  progresif mengembangkan  khayal terdahulu dengan suatu pemusatan yang berkembang pada generasi akhir zaman.   Ini berarti bahwa umat sisa Allah dalam Wahyu   12:17 adalah lebih lengkap di jelaskan didalam  14:12.
            “Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksianYesus.” (12:17).  Yang penting disini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.”  14:12.
            Umat Allah tidak hanya memelihara hukum tapi juga “berpegang erat kepada iman akan Yesus” (14:12).  Iman akan Yesus ini adalah lebih daripada hanya iman subyektif dalam Yesus – adalah iman mereka , atau kesaksian akan Yesus itu sendiri.
            William Johnson memberikan komentarnya mengenai Wah.  14:12 adalah layak untuk diperhatikan :  “Mereka memelihara iman akan Yesus. . . . Yudas  dapat mempersiapkan paralelnya   :  Iman yang pernah dibawakan  kepada orang kudus.  Ketika pengikut Allah yang setia  memelihara iman Yesus mereka tetap benar kepada dasar kekeristenan—mereka mempunyai iman.
            Dengan kata lain, ungkapan “Iman kepada Yesus dalam Wahyu   14:12 melayani sebagai persamaan menerangkan  kepada  “kesaksian Yesus” (12:17) dan bukan seharusnya sebagai sifat ketiga  dari Gereja yang sisa. Memelihara  Iman kepada Yesus menyatakan kesetiaan bersaksi kepada kesaksian Yesus. Oleh sebab mereka mempunyai  “kesaksian Yesus,  umat Allah akhir zaman  siap untuk bersaksi melawan antikristus sampai kematian, sebagaimana yang Yohanis ramalkan : “mereka yang sudah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah.”  (20:4).
            Desmond Ford dengan tepat menyatakan :  “Bila manusia mati oleh karena  kesaksian Yesus, seperti  12:11 dan 6:9 nyatakan, kita harus mengenal disini Injil yang kekal.”  Nilai yang tak terhingga  dari mati sahid Kristen terletak di dalam kesetiaan mereka berpegang erat  kepada injil kesaksian yang Yesus berikan didalam pelayananNya di dunia ini.
            Khayal Milenium Yohanis  memastikan vindikasi ilahi  akan kesetiaan mereka kepada Firman Allah sebagaimana yang di tekankan oleh Yesus, di takhta sorga.   Orang mati sahid demikian  akan bersama dengan Kristus melakukan kuasa pemerintahan dan pehukuman di dalam Kerajaan MiliniumNya. (Wah. 20:4).

Dua Saksi dalam Wahyu  11.

            Wahyu 11 menggambarkan dua saksi Allah  secara terpadu yang  mendapatkan kewenangan untuk “bersaksi selama 1260 tahun, menggunakan kain karung.”  (11:3). Dua saksi Allah secara lambang ini  adalah juga diperkenalkan sebagai  “dua kaki dian yang berdiri dihadapan Tuhan semesta alam.”  (11:4).  Bila  tujuh kaki dian adalah tujuh gereja” (1:20), maka  “dua kaki dian” harus juga melambangkan gereja, sekarang ini adalah gereja yang mendapatkan suatu penugasan untuk bernubuat atau menyatakan  “kesaksian” legalnya (11:7) kepada seluruh bangsa (Ul.  17:6;  19:15; Matius 18:16; Yoh.  8:17).
            Pemahaman ini diteguhkan oleh  lambang paralel dari “perempuan” yang dianiaya (12:6) dan mengenai “kota suci” dipijak-pijak (11:2).  Semua tiga gambaran secara lambang ini  menderita oleh karena “kesaksian” mereka selama jangka waktu yang sama. (11:2,3;  12:6, 11).  Gambaran ini menyatakan bahwa orang kudus yang benar bukan hanya berpegang kepada kepada “kesaksian Yesus” tapi juga dengan setia bersaksi bagi Yesus, rela untuk kehilangan  hidup mereka demi Yesus, dan demi Injil.” (Mark  8:35).
            Gambaran dua saksi didalam Wahyu 11 mendramatisasi akan panggilan dan janji Yesus kepada Gereja di Smirna : “Hendaklah kamu setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan  kepadamu mahkota kehidupan.” (Wah. 2:10)  Di dalam hal ini mereka dipanggil untuk mengidentifikasikan secara sempurna  dengan Yesus didalam  kesaksian dan kematianNya,  dan juga akan bersama dengan Dia didalam VindikasiNya (11:9-12). Lebih penting lagi,  kuasa dari pelayanan nubuatan mereka  akan berakibat didalam pertobatan dan keselamatan banyak orang di dunia ini. (11:13)
            Pelayaan  nubuatan ini adalah panggilan kepada seluruh gereja. Semua orang percaya didalam Yesus Kristus dipanggil untuk berpegang pada kesaksian Yesus.” (Wah. 12:17,)  sementara hanya beberapa dari mereka dipilih untuk  menerima “karunia nubuat khusus” untuk membangun Gereja, untuk berbicara kepada gereja “membangun, menasihati dan menghibur.” (1 Kor  14:3).
            Kita perlu menyadari bahwa gereja Kristus disahkan didalam kelanjutannya dari para rasul  satu-sastunya oleh karena  kesetiaannya didalam mengabarkan  Injil Allah sebagaimana yang ditopang oleh Yesus Kristus (Matius 24:14 ; Wah.  12:17;  14:12). Untuk mengilustrasikan hubungan yang tak terputus antara gereja dan kesaksian injil, Yohanis dimintakan untuk megambil dan “memakan” gulungan sorga itu (10:9) agar supaya dia dapat bernubuat lagi kepada manusia  dan bangsa (10:11), sama seperti Allah  sudah memintakan  nabi Yehezkiel dan Yermia untuk memakan  gulungan sorgawi dengan kata-kata IlahiNya dan kemudian akan menyatakan  pekabaranNya kepada umum (Yehez.  3:1-3; Yer.  15:16)
            Kosekuensinya, dua saksi dari Wahyu  11 tidak melambangkan gereja yang terpisah dari Firman Allah dan kesaksian Yesus. Sebagaimana sudah diterangkan oleh pakar terdahulu, dua saksi Allah yang tak dapat dipisahkan ini melambangkan “gereja yang mengkhotbahkan dan bernubuat  melalui dua kesaksian Alkitab.
            Kenneth Strand secara rinci sekali mempelajari akan teologi dua saksi Yohanis ini, sebagaimana terdapat didalam seluruh buku Wahyu,  tiba kepada kesimpulan ini :  “Di dalam buku Wahyu, kesetiaan kepada firman Allah dan kepada kesaksian Yesus memisahkan orang setia dari yang tidak setia,  dan itu akan membawakan penganiayaan yang mencakup  Yohanis sendiri dibuang ke Patmos dan  orang Kristen lain mati sahid (sekali lagi dalam Wahyu 1:9;  6:9;  12:17;  20:4).  Dua saksi ini adalah :  firman Allah dan kesaksian Yesus atau apa yang kita dewasa ini sebutkan   pekabaran nubuat Perjanjian Lama dan  kesaksian para Rasul Perjanjian Baru.

Ujian Utama kesetiaan kepada Allah.
            Orang Kristen pada setiap zaman sudah hidup dan mati,  dan pada masa depan akan mati untuk kesaksian Injil akan Yesus (Wah.  1:9;  6:9;  12:11;  20:4).  Kesaksian Yesus mereka bukan lah hanya kesaksian pertobatan pribadi mereka kepada Yesus, tapi kesaksian mereka kepada  injil Rasuli; ialah,  kesaksian Allah  (1 Kor  2:1), atau Kesaksian Yesus (1 kor. 6:1), mengenai hidup, kematian, dan kebangkitanNya. (Mar  8:35; Kis. 1:8,22;  4:33;  1 Kor.  15:1-4, 15).
            Paulus menjelaskan bahwa pelayanan yang dia telah terima  dari Tuhan Yesus  adalah “memberikan kesaksian tentang Injil Kasih Karunia Allah (Kis. 20:24). Dia mengamarkan  bahwa mereka yang “merusak Injil Kristus  (Gal.  1:1-9) akan jatuh dibawa kutuk ilahi.” Yohanis meramalkan  bahwa gereja  akan melalui masa penganiayaan  dan penderitaan berat  ( Wah. 12:11-17).
            Paulus menasihati bahwa orang percaya Kristen  tidak akan melampaui apa yang tertulis  (1 Kor 4:6), dan memberikan anjuran bahwa semua nabi didalam gereja harus diuji oleh kanon Alkitab ini (1 Tes.  5:19-21;  1 Kor. 14:29,32). Demikian juga Ellen White memberikan pemusatan yang sama :  “Saya mengusulkan kepada kamu, para pembaca, Firman Allah sebagai peraturan iman dan praktekmu. Oleh Firman itu kita akan dihakimkan.”
            Waktu senggang kita haruslah digunakan untuk mempelajari Alkitab,  yang akan menghakimkan kita pada akhir zaman. . . .Biarlah  hukum Allah dan kesaksian Yesus Kristus  terus menerus ada didalam pikiranmu dan biarkan mereka itu akan  menimpahi (mengerumuni) pemikiran dan perhatian duniawi.”   “Allah memanggil untuk suatu kebangunan dan reformasi.   Firman Allah, dan hanya Alkitablah yang di dengar dari mimbar.”
            Kata-kata ini memanggil kesetiaan kepada  standar alkitabiah yang diringkaskan dengan sangat mengesankan oleh malaikat didalam Wahyu  14:12.  Ini adalah ayat kunci yang menjadi dasar  bagi gereja Advent pada tahun  1861.   Ini menggabungkan hukum Allah dan injil menyelamatkan Yesus Kristus “sama pentingnya, hukum dan injil akan bergandengan.”
            Pada tahun  1888 orang Advent menemukan  bahwa  “iman kepada Yesus (Wah. 14:12) menyatakan  iman dalam Yesus, maka  arti teologi secara lengkap  dari pekabaran tiga malaikat  dipahami dan  denominasi kita mempunyai pekabaran nyaringnya.

            Banyak kebangunan mulai terjadi, dan dalam tahun  1892 Ellen White menyatakan bahwa  “seruan nyaring dari malaikat ketiga sudah  mulai didalam kenyataan dari kebenaran Kristus, Penebus yang mengampuni dosa. Ini adalah permulaan dari terang dari malaikat  yang kemuliaannya akan memenuhi seluruh dunia.
            Ini dapat dirangkum didalam nasihat yang memberikan tantangan :  “Dari semua yang mengaku orang Kristen, MAHK haruslah yang paling  depan didalam mengangkat Kristus dihadapan dunia.”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar